ANTOLOGI AFRIKA TRADISIONAL
(ZAMAN KUNO SAMPAI ABAD XIX)
Afrika “the Dark Continent” Suatu Tinjauan Didaktis atas Sebuah Mitos
- A. Latar belakang dan isi Mitos
Afrika sering dikenal denga sebutan “The Dark Continent”. Istilah ini
sebetulnya merupakan istilah yang sudah membatu dalam masyarakat luas
yang berasal dari suatu predikat yang ramai diteriakan pada zaman
kolonial terhadap Afrika. Berbeda dengan sebutan Greenland atau Yellow
River, sebutan Dark Continet lebih pada konotasi negative yang
merendahkan dan sering kali dipakai untuk tujuan yang bersifat
imperialistis.
Nama “Afrika” sudah dikenal sejak zaman kuno. Besar kemungkinan orang
romalah yang pertama kali menggunakannya, walaupun semula hanya untuk
menunjukkan suatu wilayah tertentu di pantai Afrika Utara yang jadi
daerah kekuasaannya, yakni berkas Carthago dan sekitarnya. Mereka
menyebutnya Afri, atau A Fricani, yang berasal dari nama salah satu suku
mayoritas pendudk setempat Aouriqha atau Afarika. Kemudian pada masa
orang Arab berkuasa menggantikan kedudukan Roma, nama tersebut juga
digunakan dengan ejaan yang sedikit berbeda Ifrikiya. Selanjutnya pada
zaman Kolonial orang Eropa menggunakannya malah untuk seluruh gugusan
benua, dan sejak saat itulah nama Afrika terpakai secara umum.
Sebuah paradoksal bila dikatakan bahwa mitos tentang Afrika justru
timbul setelah benua tersebut dikenal oleh dunia luar. Pengenalan dunia
secara utuh, khususnya dimata orang barat, sebenarnya merupakan barang
baru. Sebelumnya ,mereka mengenal Afrika hanya namanya saja tanpa
mengetahui isinya. Pengetahuan yang mereka peroleh amat terbatas.
Kemudian saat mereka berhadapan dengan Afrika yang sesungguhnya
seringkali hubungan antara bangsa tersebut diwarnai oleh suatu ketidak
seimbangan yang menjurus kea rah dominasi suatu piahak oleh pihak lain.
Bangsa Barat yang merasa dirinya lebih unggul selalu memberikan penilain
yang rendah terhadap Afrika. Untuk mengekalkan dominasinya justru hasil
penilaian subyektif itulah yang selalu ditonjolkan sebgai sutau
kebenaran. Dengan latar belakang ketidak tahuan adanya tujuan tertentu;
maka lahirlah mitos Afrika “The Dark Continent”, yang diterima oleh
masyarakat Barat sebagai suatu kebenaran.
Dan sebagai klimaks dari semuanya disusunlah suatu hipotesis
rasialais atas sebuah pertanyaan profokatif; kenapa Afrika terbelakang.
Jawabanya benar –benar merupakan suatu kunci mati atas semua penilaian
yang dilontarkan terhadap Afrika. Dengan didukung oleh keyakinan religi
dan diperkuat oleh bukti yang bersifat Pseudo scientific dalam bidang
medis, ssampailah orang Barat kepada suatu kesimpulan bahwa
keterbelakangan Afrika disebabkan oleh Struktur rasialnya.
- B. Realita Geografis dan Rasial
Ciri suatu mitos adalah imajiner, fiktif, tidak realistis, tetapi
didalamnya terdapat sesuatu yang terselubung. Sehubungan dengan hal
tersebut kenyataan apa yang sebenrnay dibalik Afrika The dark Continent.
Pertama adalah sebutan “Terra Incognita” tanah yang tidak dikenal.
Tidak dikenalnya Afrika adalah akibat dari terisolasinya daerah tersebut
terutama daerah peadalaman dari pusar-pusat peradaban dunia.
Mitos hutan dan singa, yang jelas menggambarkan ketidaktahuan Eropa
dan merupakan suatu kekeliruan. Afrika mempunyai daerah yang cukup luas,
sebagian tanahnya ada yang tertutup hutan, sabana, padang pasir dan
subtropis. Yang dikategorikan sebgai hutan belantara hanyalah sebagian
kecil dari Afrika, yakni berupa sutau jalur sempit sekitar
khatulistiwapada pantai teluk Guinea sampai lembah Congo. Disamping itu
di dalam hutan bias dipastikan terdapat hewan buas, tapi singa dan
sebgaian besar fauna tidak biasa berkeliaran didalamnya, melainkan hidup
bebas di padang terbuka daearah savanna. Dugaann yang keliru ini
nampaknya mempunyai alas an, kegelapan seringkali diassosiasikan dengan
rimba raya dan binatang buas, singa dalam hal ini merupakan symbol
ketakutan bangsa barat terhadap Afrika yang saat itu masih serba
misterius.
- C. Realita historis dan cultural
Pada saat bangsa Barat datang di Afrika, mereka menjumpai banyak hal
yang serba rendah, sehingga ditarik kesimpulan bahwa Afrika tidak mampu
mengembangkan peradaban. Meskipun orang Afrika tidak mempunyai tulisan,
bukan berarti mereka sama sekali tidak pernah menggunakannya. Sebagian
masyarakat Afrika Barat dan Afrika Timur pernah pula menggunakan tulisan
yang diperoleh dari bangsa Arab. Hal ini diperkuat dengan adanya
penulis Negro dari Timbuktu yang bernama Baba, Kati, dan Sadi dalam
karyanya yang berjudu
Tarikh al Fettasi,
Tarikh as Sudan, dan
Tedzkiret en Nisian.
Mengenai masalah peninggalan budaya materil, Afrika dulu memang hanya
sedikit sekali memilikinya, tetapi abas –abad terakhir ini para ahli
giat mengadakan penelitian dan penggalian di berbagai daerah misalnya
Mauritania, Lembah sungai Niger, Zambesi dan lain – lain. Dan sebagai
hasilnya teryata Afrika memiliki suatu yang bisa dibanggakan, berupa
bangunan maupun karya seni lainnya. Seperti bangsa lainnya, bentuk dan
tingkatan budaya Afrika bervariasi dan berbeda antara kelompok satu
dengan kelompok lainnya. Tidak semua orang Afrika peradabannya rendah
dan terbelakang, sebagai contoh beberapa kelompok masyarakat agraris di
daerah Afrika Barat mempunyai corak budaya yangcukup tinggi, sementara
ada pula corak budaya yang sederhana terdapat dalam masyarakat Afrika
Selatan yang sampai saat ini menunjukkan adanya sisa – sisa kehidupan
prasejarah sebagai
hunter dan
gatherer.
Secara umum pengaruh kondisi lingkungan ternyata sangat menghambat
bagi pertumbuhan dan perkembangan peradaban Afrika. Meminjam istilah
Toynboe, tantangan alam yang dihadapi oleh masyarakat Afrika terlalu
kuat. Daratan Afrika sesungguhnya luar biasa luasnya, tetapi areal tanag
yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan agraris dan pastoral amat
terbatas. Selain itu banyak sekali hal – hal yng menghambat pertanian di
Afrika, selain mutu tanahnya yang rendah, pemupukan juga tergantung
pada hewan ternak yang dibanyak daerah ternyata tidak ada. Pengolahan
tanah dengan system
Slash and Burn, sambil berpindah – pindah serta alat sederhan berupa cangkul ternyata terlalu banyak membuang waktu dan tidak produktif.
Menyingkap Misteri Hieroglyph Mesir Kuno
Peradaban Mesir Kuno telah lama tenggelam. Peninggalan –
peninggalannya banyak terdapat di kiri – kanan sepanjang Sungai Nil,
maupun yang tersebar diberbagai benua mempesona banyak umat dari
berbagai geenrasi. Dari hal ini menimbulkan pertanyaan alam fikiran apa
yang telah mendorong orang Mesir sehingga mampu mengembangkan suatu
peradaban yang begitu tinggi. Untuk menjawab hal itu mereka berusah
menghidupkan kembali huruf hieroglyph.
Untuk bisa memahami huruf hieroglyph terlebih dahulu harus mengetahui
arti simbolis setiap gambar atau figurnya. Karena selalu terpancamg
pada keyakinan seperti it setiap usaha untuk memecahkan huruf tersebut
selalu gagal. Mereka belum mengetahui atau belum bisa membuktikan bahwa
sesungguhnya betapapun huruf tersebut berbentuk pictographi, didalamnya
telah terdapat unsur – unsur bersifat alphabetis. Artinya setiap huruf
atau gambar tidak hanya mengandung nilai simbolis atau arti tetapi juga
nilai phonetis (bunyi), yang seringkali satu huruf berdiri untuk satu
bunyi. Masalahnya tinggal bagaimana caranya, atau apa alatnya untuk
membuktikan pendapat tersebut. Jawaban atas pertanyaan tersebut terletak
pada batu Rosetta dan Obelisk Philae, yang dengan demikian kedua benda
tersebut merupakan suatu kunci untuk membuka hieroglyph Mesir Kuno.
Batu Rosetta diketemukan oleh salah seorang opsir zeni Napoleon,
Bouchard pada Agustus 1790 ketika sedang membangun benteng atau kubu
Fort St.Julien di dekat kota Rashid, daerah Delta Barat. Dari kata
“Rashid” inilah kemudian berdasarkan ejaan barat menjadi terkenal dengan
nama “Rosetta”. Batu tersebut oleh Jendral Menou disimpan di rumahnya
Alexandria, yang selanjtnya atas perintah Napoleon dipindah ke Cairo
disimpan di “Institute National”.
Batu Rosetta merupakan prsasti yang pertama kali diketemukan yang
termuat tulisan – tulisan dengan dua bahasa, yakni bahasa Yunani Kuno
dengan huruf Yunani Kuno dan bahasa Mesir Kuno dengan huruf hieroglyph
dan demotis. Para Egyptolog berusaha membuat suatu rekonstruksi dengan
cara menambahkan beberapa baris yang diambilnya dari prasasti yang
tertera pada sebuah stela di Demanhur (diketemukan pada 1898) dari
dinding sebuah temple di Philae. Tercancumnya huruf Yunani Kuno pada
prasasti tersebut mempunyai arti yang luar biasa pentingnya, sebab
merupakan pembantu terpecahkannya huruf – huruf lainnya, khususny
hieroglyph. Hal ini mengingat bahwa ketiga bagian huruf – huruf tersebut
mempunyai isi yang sama. Bagian Yunani Kuno menandaskan bahwa peryataan
atau dekrit isinya diulangi dengan mempergunakan “writing of the speech
of the god” pada hieroglyph, serta “writing of the books” pada huruf
demotis.
Batu Rosetta dikeluarkan oleh para pendeta pada masa pemerintahan
Ptolemy V Epiphanes. Keluarga Ptolemy adalah salah satu dinasti raja –
raja asing keturunan Yunani atau Mecedonia (dinasti XXXI) yang
memerintah Mesir setelah Alexander Agung. Mereka berkuasa di lembah
sungai Nil cukup lama antara 323 – 30 SM. Hubungan antara keluarga
istana dengan para pendeta sanagt intim dan telah diabadikan dalam batu
Rosetta.
Isi batu Rosetta merupakan suatu dekrit yang dibuat oleh para pendeta
dalam suatu sidang umum di kota besar Memphis, pada saat memperingati
windu pertama masa pemerintahan Ptolemy V, dengan kata lain peryataan
tersebut disusun pada tahun kesembilan masa pemerintahan Raja tersebut,
dalam musim semi tanggal 4 bulan Yunani Kandikas tahun 196 SM, atau
bertepatan dengan tanggal 18 bulan MesirMekhir. Pada waktu itu yang
menjadi pendeta tertingginya adalah Pyrrha, puteri Philinus, Arcia
puteri Diogenes, dan Irena puteri Ptolemy.
Alenia pertama memuat suatu rentetan gelar Ptolemy V sebagai raja
seluruh Mesir, baik Utara maupun Selatan. Selain itu ditulis pula
serangkaian sanjungan terhadap raja sehubungan dengan sikap dan
tindakannya yang sangat terpuji terhadap para dewa, Negara dan rakyat
Mesir. Alinea berikutnya merupakan suatu daftar jasa- jasa baik raja
yakni:
- Menghadiahkan uang dan gandum kepada temple.
- Menghadiahkan sajian – sajian yang melimpah kepada temple.
- Menghapus pajak sebanyak-banyaknya.
- Penundaan pembayaran pajak kepada pemerintah sebanyak setengahnya.
- Menghapus hutang rakyat kepada pemertintah.
- Membebaskan tawanan yang lemah setelah bertahun – tahun lamanya disekap.
- Pengurangan biaya yang harus dibayaroleh para calon pendeta.
- Pengurangan pajak yang harus dibayar oleh temple kepada pemerintah.
- Memperbaiki tempel – tempel.
10. Mengampuni pemberontakan dan mengijinkan kembali dan menetap di Mesir.
11. Menempatkan tentara penjaga keamanan, baik di darat maupun di laut.
12. Merebut dan mempertahankan kota Shekau (Lycopolis).
13. Membebaskan hutang para pendeta kepada raja.
14. Pengurangan pajak untuk byssus (semacam tekstil halus).
15. Pengurangan pajak untuk lading gandum.
16. Membangun kembali tempat – tempat ibadah (suci) yang telah hancur.
17. Memperbaiki tempel Apis dan Mnevis serta hewan – hewan suci lainnya.
Selanjutnya untuk menunjukkan bukti sebagai tanda terima kasih kepada raja, sidang umum memutuskan :
- Membuat patung – patung Ptolemy dalam bentuknya sebagai “Saviour of Egypt” dan menempatkannya di dalam temple diseluruh Mesir untuk dipuja, oleh para pendeta dan rakyat.
- Membuat patung Ptolemy dari emas dan menempatkannya berdampingan
dengan patung para dewa, serta diikutsertakan dalam setiap prosei
keagaman.
- Lemari tempat menyimpan patung Ptolemy dilengakapi dengan 10 buah mahkota rangkap yang tebuat dari emas.
- Menjadikan 5 hari pertama bulan Toth sebagai hari raya untuk
selamanya. Pada waktu itu diadakan upacara keagamaan di temple – temple;
rakyat diharuskan menghiasi dirinya dengan untaian bunga.
- Mengadakan perayaan pada setiap hari ulang tahun kelahiran dan
penobatan Ptolemy, yakni tanggal 17 dan 30 bulan Mosore selamanya.
- Menambah gelar baru bagoi para pendeta, yakni “Priests of the bone ficent god Ptolemy Epiphanes, who appearth on Earth”. Gelar tersebut harus dipahatkan pada masing – masing cincinnya untuk dijadikan sebagai stempel setiap dokumen.
- Tentara diijinkan meminjam lemari beserta patung Ptolemy dari temple untuk prosesi keagamaan di asramanya.
- Salinan dari keputussan Sidang Umum para pendeta akan dipahatkan pada batu basalt dengan tulisan “writing of the speech of the god”, hieroglyph; “writing of the books”, demotic; “writing of the oeienin”,
Yunani Kuno. Salinan – salinan tersebut akan ditempatkan di temple –
temple kelas I, II dan III di seluruh Mesir berdampingan dengan patung
Ptolemy, dewa yang hidupnya abadi.
Peranan Batu Rosetta dan Obelisk Philae dalam Pemecahan Huruf Hierogliph Mesir Kuno
Diantara ketiga bentuk tulisan pada batu Rosetta yang pertama kali
bisa dibaca adalah bagian Yunani kuno. Batu Rosetta dengan masalahnya
maulai menarik perhatian Thomas Young tahun 1814, ketika seorang
temannya Sir W E Rouse Boughton memberinya sehelai papyrus bertuliskan
huruf demotis yang berasal dari sebuah peti mumy Thebe. Kemudian dengan
copy Rosetta dan hasil peneliian Akerblad ia pergi ke Worthing untuk
memulai mengadakan penyelidikan. Dari hasil jerih payahbya dia banyak
menyumbangkan dalam memecahkan huruf hieroglyph melalui batu Rosetta.
Hasil penemuannya dicantumkan dalam Encyclopedia Britannica edisi 1819
yang merupakna petunujuk bagi para ahli lainnya dalam memecahkan huruf
tersebut. Sayangnya, ia tidak melanjutkan penyelidikannya yang akhirnya
dipecahkan oleh Champoleon.
Pada tahun 1815 WJ Banke menemukan sebuah kunci lainnya, yakni
Obelisk Philae. Philae merupakan sebuah pulau kecil terletak di tengah –
tengah sungai Nil di atas bendungan Aswan, dan menjadi tempat suci
untuk memuliakan dewa Isis. Monument yang terkenal dengan sebutan
Obeliks Philae diketemukan di halaman temple dalam keadaan telah tumbang
dan tertimbun tanah.
Fungsi Obelisk Philae merupakan semacam tempat pengumuman. Seperti
halnya batu Rosetta, Obelisk Philae dibuat pada masa pemerintahan
keluarga Ptolemy. Isi Obelisk Philae agak sederhana, diceritakan bahwa
temple Philae sering mendapat kunjungan dari tentara beserta pengikutnya
dalam jumlah yang sangat banyak. Kedatangan mereka yang tidak ada henti
– hentinya sangat merepotkan temple, sebab mereka dalam melakukan
pemujaan sering memakssa emple untuk menyidiakan makanan, minuman dan
penginapan dan segala fasilitasnya, jika keadaan it uterus berlanjut
maka kas temple akan habis. Untuk mengakhiri gangguan tersebut para
pendeta Philae memohon agar Raja turun tangan. Permohonan mereka
diterima dan pemerintah segera mengeluarkan larangan yang ditujukan
kepada siapa saja untuk tidak mengganggu temple. Agar bisa diketahuai
oleh para pengunjung temple, maka didirikan sebuah obelisk dengan diberi
tulisan yang berisi maklumat tersebut. Persamaan yang mencolok antara
batu Rosetta dengan obelisk Philae adalah terdapatnya cartouche yang
bentuknya mirip dengan cartouche yang pendek yang tertera pada batu
Rosetta.
Pengaruh Caravan Trade Terhadap Savana Afrika Barat Prakolonial
(Abad X – XV)
- A. Sahara dan Savana
Gurun Sahara sangat luas, terbentang dari pantai Antalntik di sebelah
barat, terus memanjang ribuan kilometer ke Timur, di sambung oleh
padang pasir Libia dan Arabia sampai pantai Laut Merah dan Laut Hindia.
Dari waktu ke waktu Sahara masih juga terus meluas, yang antara lain
karena ulah manusia, terutama kelompok masyarakat pastoral. Sahara
secara keseluruhan berupa plato, dengan ketinggian rata – rata 500 m
dpl. Dibagian pedalaman terdapat gunung dan bukit – bukit karang, serta
bentuk lain yang dikenal dengan sebutan
Hammada, erg dan
Reg.
Walaupun curah hujan rata – rata hanya antara 1 – 5 inchi, wilayah ini
masih memungkinkan bagi kehidupan, baik agraris maupun pastoral,
terutama disekitar oase yang tak terhitung jumlahnya.
Bila Sahara dikatakan sebagai pemisah geografis Afrika, itu berarti
pula pemisah dalam hal demografis. Tinjauan rasial, daerah yang
terletak disebelah utara garis tersebut adalah blok Concosaid Arab dan
Barber, sedangkan di sebelah Selatan siftanya heterogen, multi rasial.
Orang Arab menyebutnya Bilad as Sudan, Land of the Black Men. Istilah
tersebut sepanjang jangkauana wilayah Afrika Barat. Penduduk savana
berbeda dalam banyak hal dengan penduduk hutan tropis.
- B. Caravan Trade
Setelah Sahara terbentuk, maka terpisahlah Afrika pedalaman dari
dunia luar. Wlaupun demikaian masyarakat di kedua ujung utara dan
Selatan selalu berusaha untuk mengadakan kontak. Secara kebetukan di
tengah lintas perjalanan yang jauh itu terdapat batu – batu loncatan
yakni oase. Oase berfungsi sebagai persinggahan sambil menambah
perbekalan, terutama air. Walaupun demikian melintas sahara tetap tidak
mungkin tanpa adanya alat trasportasi. Pertama – tama diperkenalkan
lembu pada beberapa millennia SM. Kemudian kuda yang masuk Afrika via
Mesir pada masa berkuasanya orang Hyksos sekitar 1900 SM, periode Second
Dark Age. Di Sahara terdapat pula lukisan pada dinding bukit karang
kereta yang ditarik kuda, Chariot. Terakhir sarana penyebrangan yang
paling efisien adalah unta yang akhirnya menjadi tulang punggung dalam
melintas Sahara untuk keperluan Caravan Trade. Di sahara terdapat jalur –
jalur penting, jalur tersebut hakikatnya merupakan garis – garis yang
menghubungkan oase – oase yang tersebar di Sahara. Secara garis besar
terdapat empat jalur utama Caravan Trade. Jalur Teodeni terletak paling
barat, menghubungkan Maroko dengan daerah Savana Barat, termasuk Walata
dan lembah Niger tegah. Jalur kedua Gadames, menghubungkan
Tunisia(Chartago) dengan wilayah orang Hausa di Nigeria. Jalur
berikutnya Bilma, menghubungkan Libya dengan daerah sekitar danau Chad.
Yang terakhir jalur Selima, menghubungkan Mesir dengan Darfur dan Wadai.
Bentuk perdagangan antara Utara dan Selatan pada umumnya berupa tukar menukar barang atau
barter. Jarang sekali digunakan uang, mengingat orang Afrika belum lagi mengenal system
Cash Economy.
Karena demuikian banyaknyabarang kebutuhan hidup yang harus diangkut,
rombongan pedagang pada suatu perjalanan melintasi Sahara jumlahnya
sangat besar, beriringan menaiki unta dan hisa mecapai 25.000 ekor,
itulah
Caravan.
- C. State Formation
Perjalanan melintasi Sahara selain harus melewati tantangan alam para
pedagang juga harus menghadapi penduduk Sahara itu sendiri. Suatu waktu
mereka dapat bersahabat dan terlibat dalam kegiatan perdagangan dengan
menyediakan akomodasi yang diperlukan barter produk barang oase. Tapi di
lain waktu dan lebih sering mereka mengganggu, merampok, menyamun
persis sama dengan yang dialami pedagang dilaut menghadapi perompak,
Corsair,
bajak laut. Faktor yang menyebabkan mereka tidak ramah itu hampir
selalu berlatar belakang keharusan ekonomi, yakni kegagalan system
ekonomi agraris – pastoral.
Caravan Tarde sangat bergantung pada adanaya bentuk pemerintahan, yang berarti
Caravan ada bila ada
State.
Karena dalam sejarah Savana Afrika Barat, eksistensi jalur Caravan
Trade selalu berkaitan dengan timbul tenggelamnya suatu pemerintahan.
Seperti halnya terhadap para pedagang, juga penduduk sahara mempengaruhi
perilakau masyarakat yang tinggal di Savana. Konflik antara kedua
kelompok Sedentaris agraris Savana dengan nomadis pastorolis Sahara
sudah merupakan suatu
Style of History.
Masyarakat Savana agar tetap
survive dari rongrongan para
Raiders haruslah kuat, terorganisasi dalam suatu
state. Untuk itu semua persyaratan bagi terbentuknya Negara haruslah terpenuhi: Rakyat, pemerintah, dan wilayah. Rakyat dalam arti
Man Power
yang cukup banyak; terdapatnya syarat pemerintahan yang cakap; dan
wilayah yang fungsinya bukan hanya sebagai tempat untuk berdomisili
peenduduk, tetapi lebih penting kaitannya dengan dana, yakni akomodasi
kekayaan yang diperlukan untuk membiayai lajunya roda pemerintahan, bisa
berasal dari wilayah itu sendiri, dan dari luar melalui kegiatan
perdagangan terutama
long distance trade. Bagi Afrika lebih –
lebih Savanna, akumudasi kekayaan dari alam kurang memungkinkan
mengingat perekonomian bersifat subsistence. Dengan demikian kunci utama
dari terbentuknya
state adalah sumber dana dari luar.
State dan
Caravan tumbuh, berkembang dan mati
bersama – sama. Mengingat volume perdagangan banyak ditentukan oleh cara
melintasi Sahara, maka pengaruhnya terhadap
State Formation
baru nampak jelas sejak awal abad Masehi, yakni setelah diperkenalkannya
unta. Pengaruh tersebut lebih menyolok lagi dengan masuknya Islam dan
orang Arab di Afrika Utara. Walaupun demikian, pengaruh tersebut diolah
oleh masyarakat Savana sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan
hinganya identitas dirinya. Ini terlihat dalam bentuk dan struktur
organisasi pemerintahan yang berciri
Sudanic Civilization.
- D. Akulturasi
Hubungan Utara – Selatan via Sahara pada dasarnya adalah hubungan
ekonomi perdagangan. Tetapi saat mereka bertemu, terjadi pula kontak
cultural diantara keduanya, yang tidak jarang diwarnai oleh percampuran
rasial. Hubungan ekonomi yang dijalankan sudah berlangsung lama, begitu
pula hubungan politik, dan kontak cultural yang paling menyolok berbekas
setelah berkembangnya agama Islam. Perkembangan Islam di Afrika juga
membawa perubahan dalam bidang demografi, yakni masuknya migrasi orang
Arab, terutama
Banu Hilal dan
Sulalim.
Islam masuk ke Afrika sudah sejak abad X khusunya Savana yang umumnya
dari mahzab Maliki dan sedikit Hambali. Disamping agama, yang terbawa
ke Savana tentunya budaya Arab, meliputi berbagai aspek, mislanya
bahasa, tulisan, ilmu pengetahuan, tradisi, kesenian, arsitektur dan
sebagainya.
Perbudakan di Antara Orang Wolof Senegambia
- A. Latar Belakang Geografis dan Historis
Sinegambia merupakan suatu negara bekas jajahan Perancis dan Inggris,
yakni Senegal dan Gambia. Berdasarkan letak geografisnya Senegambia
dapat dibagi ke dalam enam daerah yakni lembah sungai Senegal, padang
pasir Forlo, dataran Cayor, daerah Basin, daerah dataran tinggi, dan
daerah pantai. Rakyat Sinegambia merupakan suatu kesatuan yang Homogen,
mereka terpecah belah ke dalam beberapa kelompok atau suku. Suku yang
terbesar adalah orang Wolof, yang jumlahnya mencapai sekitar 35% dari
seluruh penduduk. Mereka menempati daerah Senegal dataran Cayor yang
subur, dan kebanyakan hidup sebagai petani. Kemudian menyusul orang
Fulani (17%) yang menempati daerah basin. Di antara sungai Salum dan
Gambia terdapat orang Serer (16%) mereka mempunyai hubungan yang sangat
dekat dalam berbagai aspek cultural dengan orang Wolf, sehingga sering
diberi julukan
Tribal Causin. Kelompok lainnya yang jumlahnya
lebih kecil adalah oaring Tukulor (9%) yang menempati daerah lembah
sungai Senegal, dan orang Mandingo (7%) serta Diola (9%) yang keduanya
tinggal di daerah basin Selatan.
Salah satu sumber Arab mengatakan bahwa pada abad X – XI terdapat
beberapa kerajaan orang Negro disekitar lembah Senegal. Salah satu yang
terbesar adalah kerajaan Tekrur dari orang Tukulor. Daerah kekuasaannya
terbentang dari padang pasir di Utara sampai sungai Gambia di Selatan,
termasuk didalamnya adalah wilayah orang Wolof. Pada masa pemerintahan
Warjabi, yang merupakan raja Muslim pertama di Afrika Barat (meninggal
tahun 1040), hukum dan ajaran Islam disebarkan di seluruh daerah
pengaruhnya.
Sumber tradisional yang hamper seluruhnya bersifat oral, mengatakan bahwa pendiri kerajaan Wolof adalah
Ndiandiane N’Diaye,
yang memerintah pada akhir abad XII. Pada masa puncak kejayaannya orang
– orang Wolof berhasil membangun sebuah Imperiun yang meliputi hamper
seluruh wilayah Senegambia, dengan membawahi lima Vasal, yakni Walo di
Utara Cayor dan Baol di Barat, serta Slae dan Salum di Selatan. Pusat
pemerintahan terletak di Jolof, di daerah pedalaman, dengan seorang raja
bergelar Bourba. Hububgan antara pusat dengan daerah – daerah vassal
hanya bersifat sukarela, yang dituangkan dalam bentuk kerjasama bidang
pertanahan dan perdagangan. Pada abad XIX seluruh Senegambia jatuh
ketangan Perancis dan Inggris.
- B. Stratifikasi Sosial
Masyarakat Wolof terbagi dalam empat tingkatan pokok, yakni
germi,
jambuur,
nyenyo,
jaam.
Germi
adalah tingkatan tertinggi dalam masayarakat, yang terdiri dari raja
beserta keluarganya dan para bangsawan. Mereka adalah inti dari
masyarakat Wolof, cikal bakal pendiri kerajaan. Para bangsawan berhak
memilih raja,
bourba dari sekian banyak calon yang berasala
dari keuarga N’Diaye, yakni keturunan langsung pendiri kerajaan.
Mengingat masyarakat Wolof mengikuti system
patrilianisme, maka
yang berhak mengajukan diri sebagai calon adalah keturunan raja yang
laki – laki. Syarat lainnya adalah dia harus dilahirkan oleh seorang ibu
yang berasal dari keluarga bangsawan,
menes. Dengan demikian
seseorang akan dapat naik tahta tidaklah secara otomatis karena anak
seorang raja, melainkan harus melalui suatu pemilihan, serta upacara
keagamaan sebagai jaminan bahwa ia akan beruasaha menyejahterakan
rakyatnya.
Kelompok kedua adalah
Jambuur, yakni rakyat biasa yang
merdeka. Mereka adalah orang Wolof asli, bukan pendatang dan tidak ada
hubungannya langsung dengan kerajaan serta tidak mempunyai hak atas
tahta. Mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan politik maupun
ekonomi. Satu dewan yang terdiri dari kepala orang – orang jambuur,
mempunyai suara dalam masalah pemilihan raja. Posisi mereka dalam
ekonomi sangat menonjol. Merekalah yang member makan semua anggota
masyarakat, sebab hamper semua orang jambuur adalah petani, tetapi tak
seorangpun dari mereka yang mempunyai tanah katrena tanah adalah
kepunyaan raja.
Kelompok ketiga adalah
nyenyo, yakni para tukang. Statusnya
adalah rakyat yang merdeka tetapi mereka adalah pendatang baru, bukan
orang Wolof asli. Posisi ekonomi mereka mengarah ke kegiatan yang
bersifat industri. Orang
griot merupakan kelompok nyenyo yang
paling dihormati dalam masyarakat. Posisi mereka selalu dihubungkan
dengan keluarga dari kelompok
high society. Mereka adalah
manusia sumber, baik untuk masanya dan masa kini. Mereka semacam arsip
hidup yang menyimpan segala catatan peristiwa sejarah tradisi, silsilah,
dan lain sebagainya yang erat hubungannya dengan peristiwa masa lalu
dari keluarga yang diikutinya. Maka dari itu banyak diantara mereka yang
diberi kepercayaan sebagai sekretaris pribadi atau penasehat.
Pengetahuan mereka tentang sejarah majikannya serta tentang hak dan
kewajibannya disampaikan secara lisan kepada anak cucunya, turun temurun
dari generasi ke generasi. Profesi seperti ini tidak bisa digantikan
oleh siapapun.
Kelompok terakhir adalah jam, yakni orang yang telah kehilangan
kemerdekannya, dengan kata lain mereka adalah budak. Seperti halnya
kelomok nyenyo, mereka sebagian terbesar adalah orang asing, atau
pendatang baru.
- C. Asal dan Tujuan Perbudakan
orang asing yang dibawa masuk ke dalam masyarakat Wolof umumnya
diperoleh dengan cara kekerasan, misalnya melali perang, serbuan atau
penangkapan. Peperangan antar suku tersebut bersifat endemic. Mereka
yang kalah dan masih hidup, diseret sebagai tawanan untuk kemudian
dijadikan budak.
Fungsi budak adalah sebagai
Aliving tool. Selain itufungsi
ekonomis yang lain lebih dititik beratkan sebgai barang dagangan.
Samapai pertengahan abad XIX budak merupakan komoditi eksport yang
paling berarga dan paling banyak diminta oleh dunia internasional. Slave
trade mengalami puncaknya dengan adanya pesanan tenaga manusia dalam
jumlah besar untuk dipekerjakan diperkebunan – perkebunan Amerika.
Tujuan perbudakan yang lain erat hubungannyadengan masalah politik.
Seorang yang memiliki budak dipandang lebih terhormat jika dibandingkan
dengan mereka yang tidak punya budak.
- D. Status dan Jenis Budak
Bila dibandingkan dengan perbudakan di Amerika, hubungan antara
slave dan
master
di Afrika boleh dikatakan tidak begitu keras. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kecilnya jumlah budak yang ada dalam masyarakat. Seorang
budak dijamin keselamatannya dari segala kekerasan dan perlakuan
sewenag –wenang . budak juga mempunyai hak untuk memiliki harta. Hal –
hal seperti ini merupakan cirri khas perbudakan di Afrik, yang jelas
berbeda dengan di Amerika.
Dalam masyarakat Wolof dikenal berbagai jenis budak atau
jaam, antara lain
jaam sayor,
jaam juddu, dan
tyeda.
Jaam Sayor adalah budak yang biasa diperjual belikan. Mereka adalah
para tawanan perang, hasil penangkapan atau penculikan, atau diperoleh
dengan cara dibeli yang kebanyakan adalah narapidana dan mereka menjual
dirnya akibat bahaya kelaparan.
Kelompok budak yang kedua adalah Jaam Jaddu, yakni budak yang
dilahirkan dalam masyarakat Wolof. Mereka dilarang diperjual belikan.
Mereka bisa diangap sebagai anggota keluarga, hubungan dengantuannya
amat dekat,. Tuannya berkewajiban mencarikan jodohnya dari sesame budak.
Jaam Jaddu ini bisa dikategorikan sebagai
domestyic slave.
Kelompok budak yang paling penting adalah tyedo. Sama dengan kelompok
yang lain, yakni berasal dari orang asing. Bedanya adalah yang memiliki
mereka adalah kelompok garmi, terutama raja. Oleh karena itu diantara
semua budak, merekalah yang paling tinggi kedudukannya, paling penting
dan berkuasa. Dalam kehidupan sehari – hari mereka lebih tinggi
kedudukanya daripada golongan mayoritas rakyat biasa yang merdeka.
Karena mereka adalah pengawal raja, tentara resmi kerajaan, maka sering
diberi julukan
military aristocracy.
- E. Manumisi dan Abolisi
Tujuan Manumisi dan Abolisi boleh dikatakan sama yakni member
kemerdekaan kepada seorang budak. Manumisi dimaksudkan pemberian
kemerdekaan yang dilaksanakan pada saat institusi perbudakan masih
sedang berlaku, sedangkan Abolisi pemberian kemerdekaan dilaksanakan
dengan cara menghapus institusi itu sendiri.
Manumisi yang sesungguhnya bisa ditempuh dengan melalui
redemption,
yakni menebus, atau membeli kembali, baik dilakuka oleh anggota
keluarganya maupun dirinya sendiri. Cara lain untuk memperoleh
kemerdekaan ialah dengan
charity yaitu melalu belas kasihan da
kedermawanan seseorang. Pembebasan budak yang palin efektif adalah
melalui undang – undang anti perbudakan, abolisi yang dikeluarka oleh
pemerintah colonial Perancis dan Inggris. Pada bulan Mei 1794 pemerintah
Perancis mengeluarkan
Emansipation Act.
Langkah pertama yang diambil oleh banyak Negara dalam memerangi
perbudakan adalah penghapusan perdagangan budak, dengan pertimbangan
agar tidak menimbulkan shock diantara mereka yang terlibat dalam
institusi perbudakan.inggris mengeluarkan undang-undang anti slave trade
tahun 1807, disusul oleh Perancis satu decade kemudian, pada tahu 1817
dan dunia internasional pada 1890 dalam konferensi Brusel. Pada tahin
2833 seragam ditujukan langsung ke sumbernya, yakni institusi itu
sendiri. Prancis menyusul kembali pada tahun1848, dan sejak saat itu
perbudakan secara teoritis di Senegambia dinyatakan illegal.
Perbudakan dalam Masyarakat Negro Afrika Barat
- A. Geografi dan Penduduk
Pembagian geografis Afrika Barat erat kaitannya dengan factor iklim,
terutama curah hujan. Daerah yang paling utara kurang sekali menerima
curah hujan, sehingga iklimnya kering dan tanahya gersang. Kehidupan di
daerah ini amat sulit. Penduduknya hidup pastoralis nomad. Kemudian kea
rah Selatan secara Gradual terdapat curah hujan yang semakin meningkat,
sehingga terbentuklah dua jalaur hijau yang terbentang dari barat ke
timur berupa Savana di sebelah Utara, dan hutan tropis di sebelah
Selatan sampai mencapai garis pantai. Penduduknya yang tinggal di daerah
savanna hidup secara patoral selain agraris, sedangkan yang menetap di
hutan tropis sebagian besar sebagai petani.
Walaupun secara rasial semua penduduk Afrika Barat merupakan satu
blok utuh Negroid, mereka masing – masing hidup terpencar, membentuk
kelompok –kelompok kecil berupa suku. Antara suku satu dengan yang lain
terdapat perbedaan caar hidup, bahasa, tradisi,agama, dan sebagainya.
Suku –suku yang terkenal diantaranya adalah grup Atlantik Barat yang
anatara lain terdiri dari suku Wolof, Surer, dan Tukolor. Mereka
menempati daerah savanna sekitar lembah Senegal dan Gambia. Di sebelah
Timurnya masih pada jalur yang sama, terdapat grup Mande, yang antara
lain terdiri dari suku Malinke, Soninke, Kasonke, Karanko, Barbara dan
Susu. Lebih ke Timur lagi terdapat grup Volta, yang terdiri dari Mosi,
Bobo, Gurma, Dagombo dan Konkamba. Di daerah Nigeria yang paling
terkenal adalah orang Hausa, yang menempati daerah savanna Afrika Barat
paling Timur. Kemudian daerah selatnnya di daerah hutan tropis terdapat
orang Igbo, Yoruba, Ibibio, Ijaw, Ife dan Egba. Di sebelah Barat mereka,
sepanjang jalur yang sama sampai pantai Atlantik, terdapat dua grup Twi
dan Kru, yang terdiri dari suku Fon/Dahomey, Ewe/Togo, Ashanti, Bakwe,
Ngere, Grebo dan Dido.
- B. Perbudakan Dalam Masyarakat Muslim
Perbudakan dikenal secara meluas dalam masyarakat Muslim daerah
Sudan, sejak dari Senegambia di pantai Barat sampai ke Nigeria di
pedalaman sebelah Timur. Budak yang baru saja diperoleh, baik dengan
cara halus maupun kekerasan, masuk dalam kategori
Trade Slove, yaitu
orang – orang yang benar-benar asing, berasal dari suku lain untuk
dijadikan budak. Konsekwensinya mereka kurang mendapat perlindungan,
haknya amat dibatasi, dan diperlakukan secara sewenang – wenang. Nasib
mereka ketika masih berada pada penangkap dan tukang tanah sangat kasar,
tetapi apabila sudah berada di tangan seseorang yang berniat
memilikinya, ada kemungkinan terintegrasi kedalam masyarakat setempat.
Budak yang memiliki anak dan ketika mencapai usia tertentu juga kan
menjadi budak, dinamakan budak generasi kedua. Tetapi statusnya jauh
berbeda jika dibandingkan dengan orang tuanya, mereka dianggap sebagai
bagian dari anggota keluarga. Budak dari kelompok ini dilarang diperjual
belikan.
Fungsi budak banyak sekali, mengingat sebagian besar anggota
masayarakat hidupnya sebagai petani pastoral, maka para budak biasanya
dipekerjakan di lading – lading atau menggembala. Dalam masyarakat Fulbe
terdapat semacam pembagian tugas dimana para budak diserahi mengolah
tanah, sedangkan mereka sebagai transhumant
pastoralis biss
mengkhususkan diri pada beternak, yang seringkali berbulan –bulan harus
meninggalkan kampung halamannya. Ketika berkembang
long distance trade,
fungsi ekonomis budak lebih dititik beratkan pada komoditi ekspor, baik
ke Afrika Utara, yang selanjutnya dipasarkan di Timur Tengah, maupun
kesebrang lautan, Eropa dan Amerika. Selama sekitar empat abad para
budak dari daerah Sudan turut meramaikan
Atlantic Slave Trade.
Fungsi budak lainnya erat kaitannya dengan factor social dan politik.
Budak dalam kelompok tertentu amat diperlukan untuk memperbesar anggota
keluarga suatu clan, terutama dalam masyarakat yang masih
memeprtahankan system kekerabatan materineal. Tapi didaerah Sudan
kelompok seperti ini hanya sedikit sekali, akibat adanya pengaruh Islam
yang cenderung menempuh system patrilineal. Manumisi atau pembesan budak
biasa dilaksanakan sesuai dengan hokum Islam, yang sering dipertautan
dengan tradisi setempat.
Salah satu fungsi budak sangat mirip dengan yang dipraktekkan di Amerika, yakni sebagai
gang slaves,
yaitu segerombolan budak yang sangat besar dipaksa bekerja keras dalam
waktu yang lama di perkebunan – perkebunan milik raja dan para bangsawan
untuk menghasilkan sesuatu yang pantas dijadikan barang ekspor. Fungsi
yang lain mirip dengan perbudakan dalam masyarakat Dahomey adalah dalam
bidang religi. Budak bias dijadikan sebagai kurban dalam upacara
keagamaan atau menemani tuannya kealam baka, tetapi tidak semua budak
bias diperlakukan secara demikian, hanya kelompok tertentu saja yang
disebut
Akvere.
Institusi perbudakan juga dipraktekan dalam kelompok – kelompok
kecil, seperti dalam masyarakat Igba di Nigeria Tenggara. Budak
diperoleh dengan peperangan, yang kadang –kadang menggunakan tentara
sewaan. Khusus mengenai fungsi budak dalm religi ada sedikit perbedaan
dengan suku – suku lain. Budak disamping dijadikan sebagai kurban dalam
upacara keagamaan dan kematian, yang berarti dibunuh, ada pula yang
dimasukkan dalm kelompok khusus yang disebut
Osu, yang ditemui
dalam masyarakat Igba Barat dan Tengah. Osu adalah budak yang
dipersembahkan secara hidup oleh tuannya kepada dewa tertentu, dengan
menyelenggarakan berbagai upacara keagamaan. Mereka hidup terpisah
secara fisik dari anggota masyarakat lainnya, tinggal dekat temple,
memperoleh sebidang tanah untuk dikerjakan, mengadakan hubungan
perkawinan hanya diantara sesame anggota Osu, yang statusnya abadi turu
temurun, dan masyarakat mengakui mereka sebagai budak milik para dewa.
Perbudakan diantara yang tinggal disekitar hilir sungai Niger yang
dinilai paling keras mungkin seperti yang terdapat dalam masyarakat
Nike. Nasib semua budak secara penuh ada pada para tuannya, baik hidup
atau mati. Mereka sering dipekerjakan tanpa batas, diperlakukan dengan
kejam tanpa memperoleh hak apapun. Kebalikan dari pemilikan yang
absolute ini, seorang harus bertanggung jawab atas segala perbuatan
apapun yang dilakukan oleh budaknya. Perkawinan antara budak dengan
golongan merdeka dilarang, yang artinya proses asilmilasi tidak pernah
terjadi. Sealain itu, manumisi tidak dikenal. Fungsi budak pada dasarnya
sama dengan kelompok lain multy purpose, termasuk fungsi religi, yakni
unrtuk kurban dalam acara keagamaan, atau teman seperjalanan kealam
kematian.
State Formation di Daerah Hutan Tropis Afrika Barat
- A. Geografi dan Penduduk
Afrika Barat adalah suatu wilayah yang secara administratif merupakan bekas kekuasaan Perancis, dengan sebutan
French West Africa,
serta beberapa daerah bekas kekuasaan bangsa Barat lainnya. Terbentang
dari pantai lautan Atrlantik sebelah Barat, sampai ke pegunungan
Cameroon di sebelah Timur, dan dari padang pasir Sahara sebelah Utara,
sampai ke teluk Guinea di sebelah Selatan.
Secara garis besar penduduk di Afrika Barat terbagi dalam lima
keluarga bahasa, yakni Atlantik, Mande dan Volta menempati daerah
Savana, dan kelompok Ijo dan Kru menempati daerah Tropis.
- B. Sudanic Civilization
Sebagian masyarakat Afrika Barat pada awal abad Masehi sudah hidup
secara sedentaris, agraris dan atau pastoral. Peradaban Sudan atau
Sudan Civilization merupakan istilah untuk menyebut kebudayaan bangsa Afrika Barat, lebih dari sekedar menunjuk sutu daerah yang bernama “Sudan”.
Proses peradaban Sudan terjadi, karena factor lingkungan bukan karena
rasialnya. Masyarakat Afrika dalam mengolah tanahnya selalu menggunakan
semacam cangkul yang di sebut
hoc, mereka tidak mengenal bajak (plow). System yang biasa ditempuh adalah
Shifting culvitation, atau berpindah lading dengan teknik
slash and burn
sebelum tanah siap untuk ditanami. Mereka selalu berpindah ladang yang
berarti masyarakat Afrika selalu dalam keadaan bergerak, terjadi arus
migrasi, besar maupun kecil. Keadaan seperti ini memungkinkan timbulnya
difusi dan interaksi cultural antara kelompok satu dengan yang lainnya,
baik secara damai maupun secara kekerasan. Dengan demikian peradaban
Sudan yang semula tumbuh di daerah Savana Afrika Barat bias berkembang
ke berbagai daerah.
Masyarakat Afrika Barat memelihata jenis tumbuhan yang disebut
Sudanic Complex
; Sorgum, Kacang, labu, asam, kapas, kola, coleus. Disamping itu mereka
mengenal pula jenis tumbuhan yang berasal dari kompleks lain. Beberapa
diantaranya yang sangat penting adalah tumbuhan dari Asia Tenggara,
besar kemungkinan dari Indonesia, yakni pisang, gadung, dan talas.
Dengan dikenalnya jenis tumbuhan ini, yang ternyata sangat cocok untuk
daerah basah, serta berkembangnya budaya besi, yang memudahkan pembukaan
daerah pertanian baru, maka berkembanglah peradaban Sudan memasuki
daerah hutan tropis. Selanjutnya di daerah pedalaman dan terjadilah
population eksplosion,
yang berakibat peradaban tersebut menjalar ke berbagai arah, sampai
ujung Selatan benua Afrika, terbawa oleh migrasi suatu kelompok yang
kemudian disenut orang Negro Bantu.
Salah satu ciri peradaban Sudan adalah peradaban tersebut didukung
oleh kelompok masyarakat dengan system ekonomi agraris. Dalam masyarakat
ekonomi ganda biasanya diadakan pembagian tugas berdasarkan
stratifikasi social dan jenis. Umumnya kaum pria kelas atas
menyelenggarakan kehidupan pastoral, sedangkan mengolah tanah
dipercayakan kepada wanita dan kelas bawah. Dengan kehidupan agraris
masyarakat berkembang, timbul
labor division yang mengarah ke
spesialisasi, terdapat akumulasi produksi hasil pertanian, jumlah
penduduk yang meningkat, tumbuh perkampungan dan kota, waktu terluang
dipakai untuk berkarya seni, kegiatan politik, religi dan
sebagainya.Ciri lain yang cukup menonjol adalah dalam kehidupan politik
struktur organisasi politik atau pemerintahan mula –mula disusun untuk
satu kelompok atnis atau suku tertentu.
- C. Pantai Emas : Ashanti
Pantai emas atau Gold Coast, adalah nama yang diberikan oleh orang
Eropa kepada suatu wilayah hutan tropis dipantai teluk Guinea, yang
sejak zaman kuno telah dikenal sebagai salah satu produsen emas terbesar
di Afrika.
Berdasarkan oral tradition, dikatakan bahwa nenek moyang penduduk
wilayah hutan tropis berasal dari daerah Utara dan Timur, yang artinya
bahwa mereka berasal dari daerah Savana. State formation di mulai dari
pembentukan masyarakat egalitarian, suatu stateless society yang
bersifat gotong royong, yang sampai saat ini masih mewarnai corak hidup
hamper sebagian besar orang Afrika. Secara berangsur –angsur, dengan
bertambahnya akumulasi kekayaan dan jumlah penduduk timbullah kota –kota
dan Negara kecil seperti, Ashanti, Denkyira, Fante, Wassa, Efwi san
Asin.
Diantar kerajan –kerajaan tersebut yang berhasil mencapai puncaknya
adalah Ashanti. Seperti halnya masyarakat Afrika Barat pada umumnya,
orang Ashanti adalah petani, tapi seperti kerajaan besar di daerah
Savana, Ashanti sulit untuk bias maju bila hanya bertumpu pada system
ekonomi agraris, tanpa memanfaatkan kemungkinan lain, terutama
perdagangan. Sehubungan dengan ini, orang Ashanti yang semula menetap di
Selatan, secara berangsur –angsur pindah ke daerah pedalaman, hamper di
perbatasan Savana, dengan pusat Kumasi. Pertimbangannya adalah, daerah
tersebut merupakan terminal rute dagang Utara – Selatan, antara daerah
pantai dengan Savana. Disamping itu daerah tersebut sangat kaya akan
komoditi penting dalam perdagangan, misalnya mas dan kola. Tapi saat itu
Kumasi ada di bawah kekuasaan kerajaan Denkyira. Usaha pertama yang
harus dilakukan adalah konsolidasi ke dalam. Di bawah pimpinan Obiri
Yebon (1670) dari klan Oyako dimulailah langkah tersebut dengan
mempersatukan penduduk Kamasi. Usaha ini dilanjutkan oleh penggantinya, O
Sei Tutu (1668 – 1717), dan berhasil mempersatukan semua klan, serta
menarik suku – suku lain ke dalam suatu konfederasi di bawah supremasi
Asantehene (King
of Ashanti) kemudian setelah melalui peperangan pada 1698 – 1701 orang
Ashanti dengan bantuan kerajaan Kwamu bias memerdekakan diri dari
Denkyira.
Selama pemerintahan Oppoku Ware (1720 – 1750) kerajaan Ashanti terus
menerus melakukan perluasan wilayah ke berbagai daerah. Oppoku Ware
berhasil membawa rakyatnya ke puncak kebesarannya, dan menjadikan
Ashanti sebuah imperium yang sangat luas di daerah hutan tropis.
Setelah melampaui masa jayanya, Imperium Ashanti pada abad XIX dengan
deras menurun wibawanya. Di bawah Asanthene yang lemah, satu persatu
jajahannya melepaskan diri. Sebab tidak langsung jatuhnya Ashanti adalah
berhentinya sumber daya utama, yakni slave trade. Selain itu terjadi
pula peperangan antar Ashanti dan Fanti yang sudah terjadi berkali –
kali, dan pada tahun 1874 merupakan lonceng kematian bagi Ashanti,
karena Fanti dibantu oleh Inggris yang memiliki perlengkapan lebih
unggul. Pada 1896 Ashanti secara definitive dihapus sebagai imperium,
setelah rajanya yang terakhir Prempeh I dibuang oleh pemerintah colonial
Inggris.
- D. Dahomey : Fon
Daerah yang terbentang di seberang sungai Volta, walaupun masih
terletak pada garis lintang yang sama dengan Pantai Emas disebelah
Barat, keadaan iklimnya berbeda. Akibat dari kelembaban dan curah hujan
yang menurun, daerah tersebut tidak lagi berupa hutan tropis seperti
wilayah di kiri kanannya, melainkan sebuah padang savanna.
Secara garis besar kelompok etnis yang menetap di sini antara lain
adalah suku Fon, yang jumlahnya paling banyak dan merupakan penduduk
mayoritas Dahomey. Kemudian menyusul suku Ewe, Adangine, Popo dan Gun.
Selain itu di daerah Togo yang penduduk mayoritasnya adalah orang Ewe,
masih terdapat suku –suku kecil lainnya yang tinggal di dataran tinggi,
yakni Adele, Akpaso, Atyuti, Avalime, Basila, Buem, Kebu, Karchi dan
Tribu. Masyarakat ini disamping hidup secara agraris juga ada yang
melakukan kegiatan pastoral.
Sejarah pembentukan Negara di wilayah ini dimulai dari pembentukan kelompok –kelompok kecil masyarakat
oligatarian,
dengan system ekonomi ganda. Mula – mula perkembangannya lamban,
mengingat kekayaan dan jumlah penduduknya amat terbatas. Namun, abad XV
kerajaan –kerajaan kecil mulai terbentuk. Di daerah pantai Pantai orang
Ewe membangun kerajaan Anecho, Popo, Whydah, Jokin dan Ardna yang
semuanya berada di bawah pengaruh kerajaan Aja dengan ibu kota di
Allada. Orang Fon membangun kerajaan di daerah pedalaman dengan pusar di
Abomey atau Dahomey. Tapi kerajaan – kerajaan tersebut masih lemah, dan
sebagian besar berada di bawah supremasi kerajaan Oyo atau Yoruba, yang
pada 1689 menakhlukan Aja, dan pada 1730 menakhlukan Fon.
Sebagai Negara yang miskin, usaha unruk bias mengembangkan Dahomey
tidak bias lain kecuali harus ikut aktif dalam perdagangan. Pada 1650
dibawah pimpinan Raja Wegbaya, orang Fon bisa dipersatukan. Walaupun
untuk beberapa waktu masih harus mengakui supremasi kerajaan Oyo. Tapi
sejak tahun 1740 Dahomey bukan saja berhasil melepaskan diri dari Oyo,
tapi juga mampu memperluas wilayahnya sampai ke daerah pantai. Ini
berarti bias ikut andil dalam perdagangan Eropa, dengan komoditi utama
budak. Demikian banyaknya budak yang dieksport dari Dahomey, sehingga
daerah pantai diberi sebutan
Slave Coast. Kebutuhan akan budak
sebagai satu – satunya sumber kekayaan, mendorong Dahomey untuk
terus-menerus melakukan ekspedisi penangkapan. Ekspedisi tersebut
menggunakan tenaga wanita, yang terkenal dengan sebutan
Amazon.
Setelah slave trade berakhir kejayaan Dahomey juga ikut memudar dan
lemah, selain itu ancaman dari kerajaan Oyo mempercepat hancurnya
Dahome. Akhirnya bangsa Barat mematikan kemerdekaan Dahomey, dan sejak
1893 menjadi daerah proktektorat Perancis.
- E. Nigeria : Yoruda dan Edo
Pendukung kebudayaan Sudan sudah masuk daerah tropis Nigeria sebelum
tahun 1000. Mereka adalah kelompok masyarakat agraris dan sudah memiliki
pengetahuan teknologi besi, yang besar kemungkinan berasal dari
kebudayaan Nok. Tetapi perkembangan kebudayaan mereka lamban, sampai
datang waktunya tumbuhan kompleks Asia Tenggara memasuki Afrika Barat,
yang mengakibatkan penduduk daerah hutan tropis meningkat jumlahnya.
Kelompok etnispun terbentuk, dan kemudian tersebar ke berbagai daerah.
Diantara mereka yang paling menonjol perkembangannya adalah orang Yoruba
disebelah Barat, dan orang Edo disebelah Timur.
Orang Yoruba berasal dari Ife, dan Oduduwa sebagai nenek moyang mereka, yang kemudian menurunkan para raja (
alafin)
kerajaan Oyo. Orang Yoruba tidak menetap hanya pada satu daerah saja,
melainkan tersebar, baik didaerah Savana maupun daerah hutan tropis. Di
daearah Savana mereka membangun beberapa kerajaan, antara lain Oyo dan
Ilorin. Di daerah hutan tropis mereka membangun kerajaan – kerajaan
kecil, seperti Ife, Ilesha, Ibadan, Lagos, Akure, dan Abeokuta. Pada
tahun 1893 seluruh wilayah orang Yoruba jatuh ketangan Inggris.
Di dalam hutan tropis orang Edo membangun kerajaan yang dikenal
dengan sebutan Benin. Benin dibawah pemerintahan Oba Ewure mampu
memperluas kerajaannya, terutama ke arah pantai. Pada band XVIII terjadi
disintegrasi yang sebab utamanya tidak jauh berbeda dengan yang dialami
oleh Oyo. Tahun 1897, Benin jatuh ketangan colonial Inggris.
Latar Belakang Transplantasi Negro – Amerika di Liberia (Abad XVIII – XIX)
- A. Atlantic Slave Trade
Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai kelompok rasial, multi
rasial. Masyarakat mayoritas adalah orang kulit putih, yang beraslah
dari berbagai wilayah Eropa dengan keturunan Inggris paling dominan.
Kelompok lainnya berasal dari Asia, termasuk penduduk asli orang Indian.
Sedangkan satu lagi adalah orang Negro dari Afrika, yang biasa diberi
sebutan ekslusif Negro-Amerika atau Afro – Amerika untuk membedakan
dengan penduduk asli. Komposisi penduduk seperti ini adalah produk
sejarah masa lalu, dimana kedua kelompok datang pertama datang di
Amerika atas kemauan sendiri, sedangkan kelompok orang Negro datang
bukan atas kemauan sendiri. Mereka adalah budak, didatangkan dengan
paksa melalui
Atlantic Slave Trade.
Slave trade diawalai oleh portugis pada akhir abad XV, lalu disusul
oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Perancis, dan pedagan Eropa Utara. Saat
inilah dimulainya kegiatan Atlantic Slave Trade, para budak negro
diseberangkan tidak hanya ke Eropa, tetapi juga menuju benua Amerika.
Rute perdagangan budak trans Atlantik ini biasanya termasuk dalam pola yang disebut
triangular trade.
Bentuk ini menggambarkan aktivitas perdagangan Eropa – Afrika –
Amerika. Setelah sekian lam Atlantic Slave Trade berjalan, pada awal
abad XIX berhenti. Banyak pihak, terutama
philanthrophist dan
kalangan gereja tertentu, yang melontarkan kritik tajam terhadap
kegiatan perdagangan budak. Banyak sekali budak yang mati ditengah
perjalanan akibat kesewenang- wenangan sehingga yang selamat sampai di
Amerika, kecil sekali. Dengan dipelopori oleh Inggris 1807 Slave Trade
dinyatakan illegal. 1842 dikatakan semua Negara Eropa secara formal
mengakhiri kegiatan tersebut. Dalam kongres Brussels 1890 slave trade
dihapus untuk selama-lamanya.
- B. American Slavery
Budak Negro pertama kali mendarat di Amerika Utara tahun 1619, tidak
lama setelah Inggris membangun kolonialnya pada 1607 di Jamestan.
Perbudakan Negro timbul sebagai suatu alternatif akhir untuk memcahkan
kesulitan akan tenaga kerja. Motive dari perbudakan di Amerika adalah
keharusan ekonomi. Budak dijadikan sebagai alat produksi ekonomi,
agrarian dan peranannya sangat menentukan. Tenaga kerja orang Negro
penting terhadap kehidupan ekonomi Amerika. Tidak semua orang Negro
Amerika berstatus yuridis sebagai budak, orang yang tinggal di kota-kota
berstatus sebagai orang merdeka. orangNegro tertekan dan kehilangan
identitasnya sebagai manusia merdeka. Orang kulit putih member julukan “
Sambo” dengan ciri yang serba rendah, bodoh, malas, penurut, kekanak -kanakan, pembohong, dan lain – lain.
- C. Manumisi dan Abolisi
Orang Negro – Amerika melakukan protes baik secara halus maupun
secara kasar. Dengan cara halus antara lain puton, mengelabuhi, pura –
pura. Bentuk yang umum adalah
rin away yaitu melarikan diri
kemana saja terutama kewilayah yang tidak ada perbudakan, seperti Negara
nagian Utara atau ke Kanada dengan melaui
under ground rail road. Bentuk lain dengan carakekerasan misalnya
paison,
meracuni, arson, membakar, rebellion, pemberontakan. Pemberontakan
terjadi karena tidakterorganisasi dengan baik, dapat digagalkan oleh
orang kulit putih. Pemberontakan orang Negro yang berhasil adalah di
bawah pimpinan Tousaint L’ouverture. Dia telah membebaskan bangsanya,
dan mengawali berdirinya Republik Haiti, Caribia.
Status budak bagi orang Negro adalah abadi, sehingga sulit bagi
mereka untuk emperoleh kemerdekaan, manumisi. Seorang mulato campuran
antara bapak putih dengan ibu budak Negro tetap statusnya budak juga.
Pada tahun 1787 dikeluarkan
Nort West Ordinance, bertujuan agar
perbudakan tidak menjalar ke wilayah Barat, terutama daerah sebelah
Utara Sungai Ohio samapai ke hulu Sungai Mississippi yaitu wilayah luas
ke arah mana para industrialis akan berekspansi. Tahun 1861 – 1865
terbesar dalam sejarah Amerika Serikat,
Civil War. Peperangan berakhir 1865 dengan kekalahan di pihak Selatan. Dengan berakhirnya perang, berakhirlah perbudakan Negro Amerika.
- D. Repatriasi
Dalam pembukaan konstitusi USA,
Declarations of Independence tercantum kalimat
“that all men are created equal”,
serta kebahagiaan (Current,1975 : 449) tidak termasuk orang Negro.
Hampir dalam berbagia aspek kehidupan orang Negro Amerika kenyataannya
belum juga merdeka. Dalam bidang ekonomi mereka tetap tergantung pada
orang kulit putih. Mereka tidak mempunyai tanah, jika punya itupun
hadiah republic radikal lewat program
freedmens Beurau. Maka
tak jarang bekas budak kembali bekerja di tempat bekas tuannya sebagai
buruh atau petani penggarap. Dalam bidang politik orang Negro susah
melaksanakan haknya, hak pilih diblokir oleh banyak rintangan seperti
tes baca tulis, tes penguasaan isi konstitusi saringan
Grand Father Clause.
Bekas budak umumnya buta huruf, akibat larangan pemberian pendidikan
oleh siapa saja kepada orang Negro. Dalam bidang social ada segregasi,
pemisahan atas dasar rasial.
Ide
Back to Africa ini sebenarnya sudah timbul sejak zaman
colonial. Salah satu jalan keluar yang diajukan oleh organisasi
abolisionis adalh mengembalikan budak atau bekas budak yang dimerdekakan
ke tanah asalnya. Hal ini disetujui oleh tokoh dan negarawan besar
Amerika termasuk Jefferson, Madison, Adams, Monroe. Rencana deportasi
Negro tersebut adalah ke suatu wilayah dan terpilih Afrika Barat.
Realisaisnya sudah dimulai sejak 1819 dengan dipelopori oleh Paul Cuffe
dengan mengangkut 38 orang atas biaya sendiri. Kemudian jumlahnya
meningkat dibawah organisasi
American Colonisation Sosiety yang
dibentuk pada 1817 oleh B. Washington, H. Clay, dan J. Randolph. Pada
1830 ACS telah mengirim sekitar 1420 Negro Amerika ke Liberia.
Ada beberapa factor yang menghambat kelancaran arus repatriasi. Orang
Negro merasa bahwa USA adalah negaranya. Tiga abad melalui asimilasi
rasial cultural dan justru lebih dekat dengan masyarakat barat atau
Amerika. Factor dari luaradalah sikap Liberia sendiri. Mayoritas
penduduk asli sebagian Islam dan kebanyakan pagan adalah orang Negro
kelompok Mande, Atlantik dan Kru.
Naik Turunnya Imperium Matabelf
- A. Tanah dan Penduduknya
Metable Land adalah suatu daerah di Afrika Selatan bagian Tengah
merupakanRepublik Rhodesia. Daerah tersebut memiliki batas – batas
alami, di sebelah timur pegunungan Inyanga, Vumba dan Melsetter
memisahkan daerah ini dengan Mozamique; sungai zambesi di Utara
memisahkannya dari Malawi; sungai Limpopo di Selatan memisahkanya dari
Bechualand. Sebagian terbesar dari daerah yang luasnya sekitar 160.000
mil persegi ini terletak di daerah khatulistiwa. Daerah ini salah satu
tempat yang cocok untuk kolonisasi orang kulit putih.
Secara keseluruhan Afrika Selatan Afrika Selatan didiami oleh
penduduk asli Shan (Bushman) dan Khoi (Hottentot) dan pendatang baru
yang termasuk ke dalam kelompok Negro Bantu Selatan.
- B. Lahirnya Suatu Bangsa
Dalam decade terakhir abad XVIII di antara orang Nguni terdapat beberapa klan yang disebut
Abkwa Kumalo. Salah satu keluarga dari klan ini dipimpin oleh seorang kepala yang bernama
Matshobane.
Di sebelah Timur tinggal klan yang bernama Ndwandwe dengan ketuanya
Zwide. Di sebelah Selatan tinggal klan Mtherwa di bawah pimpinan
Dingiswayo. Mereka hidup sebagai petani di samping memelihara ternak
Salah seorang putra kepala suku Zulu Sengzangkona yang bernama Shaka
yang bekerja untuk Dingiswayo dan berjasa dalam memagu perkembangan
Mthethwa. Dia memperkenalkan suatu senjata baru berupa tombak pendek
berfungsi seperti pedang. Dalam waktu itu Zwide dari Nawandwe menempuh
kebijakan yang sama dengan bantuan putera Matshobane yang bernama
Mzilikazi. Terjadi konflik antara kedua kekuatan tersebut memperebutkan
supremasi. Zwide berhasil menyisihkan Dingiswayo tetapi Shaka masih
tetap bertahan. Zwide gagal menundukan Shaka karena persoalan orang
khumalo, dibunuhnya semua kepala keluarga klan kecil tersebut, termasuk
Matshobane ayah Mzilikasi. Ini mengakibatkan berpalingnya Mzilikasi
memihak kepada Shaka untuk menghadapi Zwide. Pergolakan berakhir dengan
dihancurkannya Zwide. Pengaruh Zulu pesat menanjak. Di bawah pimpinan
Shaka Zulu menjadi kerajaan besar dengan pengaruh di daerah Natal dan
daerah sekitarnya.
Pada tahun 1822 Mzilikasi terusir dari tanah kelahirannyakarena
mendapat tekanan dari Shaka. Diikuti oleh beberapa ratus pengikutnya
dari klan Whumalo, dia terpaksa lari ke pedalaman Afrika Selatan setelah
menyeberangi pegunungan Naga.
Sejak Konggres Wina 1815 Cape Colony milik Belanda jatuh ke tangan
Inggris. Terjadi perselisihan di antara kedua kolonis kulit putih yang
menyangkut masalah politik, ekonomi, bahasa dan rasialisme. Jalan
keluarnya orang Boer pindah ke daerah kosong di pedalaman utara.
Perpindahan ini dikenal dengan sebutan The Great Trek 1839-1840 dengan
tokoh terkenal seperti Potgieters, Peetorius, Manitz, Relief, uys.
Kontak berdarah antara kedua ras yang pertama terjadi pada tanggal 29
Oktober 1839 di seberang Sungai Vaal. Mzilikazi dengan 5000 tentara di
bawah pimpinan Potgieters.
- C. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Religi dan Politik
Pada akhir pemerintahan Mzilikazi jumlah orang Metebele sekitar
200.000 orang yang terbagi ke dalam tiga golongan yaitu golongan Zansi,
Enhla dan Holi. Golongan Zansi merupakan inti dari masyarakat Matabele.
Mereka penduduk asli dari daerah selatan. Kedudukan dalam masyarakat
sangat penting. Mereka sebagai golongan aristokrasi mempunyai kekuasaan
besar dari berbagai bidang kehidupan. Keluarga raja termasuk kelas
zansi. Golongan Enhla mempunyai arti orang dari hulu sungai, golongan
ini terbentuk saat mzilikazi berada dalam perjalanan menuju lembah
sungai, Limpopo. Golongan Holi adalah hasil asimalasi,yang terakhir pada
saat menuju sungai zambegi,terdiri dari orang shoha dan keluarga.
Mareka merupakan kelas paling rendah. Tanah di Metabelelana cukup subur
menghasilkan berbagai macam hasil bumi. Kehidupan metabele berdasar
pertanian dan perternakan. Ternak sangat berarti bagi mereka sebagai
simbol kekayaan,kekuasaan maupun prestige.
Orang metabele dikenal sebagai manusia beragama. Mereka mempercayai
adanya makhluk halus yang disebut amadhlosi. Makhluk ini berpengaruh
atas semua kehidupan dialam ini.
Dalam bidang politik dan pemerintahan metebele menganut sistem
sentralisasi dengan kekuasaan ada pada tangan raja secara absolute. Raja
berkawajiban melindungi rakyatnya dan menghormati adat/tradisi.
Kerajaan pada jamannya berpengaruh sampai kedaerah yang jauh.
- D. Pathenic Epilpgue
Pelarian mzilikasi dari lembah Limpopo kearah utara adalah suatu
langkah untuk menyelamatkan dari kehancuran total. Ketika orang Boer
berhasil membangun Negara besar diatas tanah osong yang di tinggalkan,
Mzilikasi menandatangani suatu perjanjian perdamaian pada tanggal 8
Januari 1853. Tetapi naskah perdamaian itu hanya jebakan yang memojokan
metabele kesuatu sudut yang tidaj bisa berkutik. Orang Boer giat
mempertagankqn diri baik politik ,ekonomi maupaun militer. Mzilikasi
memerintah sampai tahun 1868. Setahun sebelumnya Henry Hartly dan Karl
Mauch menemukan tambamg emas di perbatasan Metabeleland.
IKHTISAR SEJARAH DAN KEAGAMAAN MESIR KUNO
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang peradaban Mesir Kuno
bertambah maju setelah terpecahnya huruf herogliph. Ilmu mulai
berkembang berkat jasa bangsawan-seniman Perancis Vivant Donon,
merupakan salah seorang dari 175 ekspert yang dibawa oleh Napoleon
Bonaparte dalam ekspedisi ke Mesir pada tahun 1798. Setelah itu
pencarian sumber sejarah dilakukan dengan cara yang lebih seksama dengan
berbagai metode ilmiah. Tercatat tokoh-tokoh Egyptoloog antara lain
dari Inggris antara lain W. M. F Petrie, J. H Breasted, A. E. W Budge,
H. Carter; dari Perancis antara lain G. C. C Maspere, A. Mariette; dari
Jerman antara lain A. Erman, R. Lepsius; dari Amerika antara lain Th.
M. Davies; dari Italia antara lain Berzoni. Hasilnya adalah ditemukannya
makam pharaoh Tutan Khamon hampir dalam keadaan utuh pada bulan
November 1922 oleh Hovard Carter dan Lord Carnarvon.
Orang yang pertama kali mengemukakan periodisasi sejarah Mesir Kuno
adalah Manetho, seorang pendeta Mesir dari Sabennytos. Pembabakan paling
umum yang dipegunakan adalah periodisasi yang bersifat Eropa Sentris.
Selain mempunyai irama yang mirip sejarah Eropa dengan tanda-tanda
klasik, feodalisme-imperialisme dalam periode-periode utamanya
benar-benar berbau Eropa. Ada 3 periode besar dalam sejarah Eropa yang
dikemukakan oleh Givanni Boccaccio yaitu
1) Jaman Kuno “ Ancient”
2) Jaman Tengah “Middle”
3) Jaman Baru “ New”
Disamping 3 periode utama tersebut masih ada beberapa periode
peralihan yang terkadang lamanya mencapai beberapa abad dan terdiri dari
banyak dinasti. Masa peralihan tersebut dinamakan Intermediate Period.
Antara Old Kingdom dengan Middle Kingdom disebut First Intermediate
Period, sedangkam antara Middle Kingdom dengan New Kingdom disebut
Second Intermediate Period.
Pembabakan lainnya dikemukakan oleh Prof J. H Breated dengan criteria
ibukota. Ibukota Mesir selalu berpindah-pindah sesuai dengan turun
naiknya suatu dinasti. Kota-kota yang pernahmenjadi pusat
pemerintahanantara lain Buto, Nekheb, Memphis, Thebe, Hercleopolis, Tel
el Amerna, Sais, Sabennytas, Alexandria dan lain-lain. Hanya ibukota
yang mempunyai pengaruh dan peranan yang besar dalam perkembangan
peradaban lembah Nil yang diambil dalam penyusunan periodesasi dalam
sejarah Mesir kuno oleh Breated. Memphis, Thebe dan Tel el Amarna yang
memenuhi syarat. Maka disusunlah suatu periodisasi yaitu
1) Jaman Mempis
Bila disejajarkan dengan periodisasi eropa Sentris dapat disamakan
dengan jaman Old Kingdom, dimana kota Memphis menjadi pusat kegiatan
kulturil Mesir Kuno. Masa ini merupakan abad klasik
2) Jaman Thebe
Ini disejajarkandengan periode Middle kingdom dimana kota Thebe
menjadi pusat kerajaan dengan susunan masyarakat yang feodalistis.
3) Jaman Thebe
Untuk kedua kalinya Thebe menjadi pusat pemerintahan. Kedudukan Thebe
jauh lebih besar dan penting yaitu sebagai pusat imperium Mesir dengan
daerah kekuasaan yang sangat luas. Ini disesajarkan dengan periode New
Kingdom
4) Jaman Tel el Amarna
Periode ini bukan kelanjutan dari periode sebelumnya. Posisinya masih
dalam periode New Kingdom. Masa pemerintahan “The Meretic Pharaoh”,
Akhnaton dari dinasti XVIII. Breated merasa perlu memasukan ke dalam
suatu periode tersendiri , mengingat adanya banyak kelainan jika
disbanding dengan masa-masa sebelumnya maupun sesudahnya yang meliputi
berbagai bidang terutamakeagamaan dan kesenian.
Jaman Pradinasti
Peradaban Mesir Kuno berlangsung di sekitar Sungai Nil berbatasan
dengan padang pasir Arabia di sebelah timur, padang pasir Lyhya di
sebelah barat, Laut Tengah di sebelah utara dan daerah Nubia di sebelah
selatan. Sungai Nil yang memotong daerah Mesir hampir di tengah-tengah
mengalir dari arah selatan ke utara, berasal dari pegunungan dan danau
besar di daratan tinggi Afrika Tengah dan timur laut seperti Danau
Victoria, Danau Albert, Danau Tana. Di Khartoum , daerah Sudan sungai
tersebut kea rah hulu bercabang dua yaitu Nil Biru yang menuju Ethiopia
dan Nil putih yang menuju Uganda. Pendukung peradaban Mesir Kuno terdiri
dari berbagai macam suku, bangsa, ras yang berasal dari berbagai daerah
baik Afrika maupun Asia.
Awalnya merekan belum mempunyai tempat tinggal tetap dan hidup dari
berburu, menangkap ikan, mengumpulkan hasil hutan dengan mempergunakan
alat yang sederhana terbuat dari batu, tulang atau gading. Cara hidup
yang sederhana berangsur-angsur berubah dari
foodgethering economy menjadi
foodproducing economy.
Mereka sudah mulai hidup menetap, bercocok tanam dan beternak.
Perasdaban ini kemudian dikembangkan oleh generasi berikutnya. Cara
mengolah yang semula menggunakan hoe yaitu cangkul yang bercabang
berbentuk huruf V. kemudian, bentuk baru yaitu alat semacam bajak yang
ditarikoleh lembu yang disebut
Hoe Culture dan
Plow Culture.
Bukti-bukti kemajuan dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang
terbuat dari batu, tulang, gading, tanah liat berupa alat keperluan
sehari-hari. Bentuk yang semula kasar bertambah halus dan diberi hiasan
berupa goresan yang geometris artistic.
Menjelang berakhirnya periode pradinasti diperkirakan di Mesir telah terdiri semacam kota oleh orang Yunani Kuno disebut
nome.
Hal ini terbukti dengan perahu-perahu dagang dengan menunjukkan tempat
asalnya. Misalnya perahu-perahu dengan symbol buaya berasal dari sebuah
kota di daerah Fayum, gajah dari Elephantine, panah bersilang lambang
dei Neit dari Sais di daerah Delta.
Dalam bidang politis nome yang berada di utara digabungkan dan
membentuk suatu Kerajaan Mesir Utara (Mesir Delta) Lower Egypt sedangkan
di selatan menjadi Kerajaan Mesir Selatan (Mesir Lemah) Upper Egypt.
Kerajaan Mesir Utara beribukota di Butokrajanya sedangkan Kerajaan
Mesir Selatan beribukota di Nekheb dengan Nekhen/Hiere compolis sebagai
tempat bersemayam raja.
Menurut pendapat para Egyptoloog di Mesir Utara memerintah 7orang
raja antara lain bernama Seka, Khayu, Tan, Thesh dan Nekheb. Sedangkan
di Mesir Selatan yang paling terkenal adalah yang disebut oleh orang
Yunani Kuno sebagai Scorpion. Raja ini oleh orang Mesir Kuno dianggap
sebagai raja mythis. Peninggalan dari jaman pradinasti yang terakhir
sangat sedikit, maka lembaran sejarah Mesir Kuno pada saat menjelang
berdirinya dinastoi ala Manetho dapat dikatakan masih kabur. Hanya
diketahui akhirnya kedua kerajaan utara dan selatan disatukan menjadi
suatu Negara kesatuan. Tapi tidak diketahui kapan peristiwa itu terjadi.
Jaman Old Kingdom
Bentuk Negara kesatuan merupakan sejarah nasional Mesir yang pertama.
Persatuan tersebut membawa dampak dalam bidang pemerintah, religi,
ekonomi, sosial, dan kulturil. Raja Mesir diberi sebutan khusus yaitu
pharao.
Raja yang berkuasa di seluruh wilayah Mesir yang meliputi delta dan
lembah. Pharaoh memakai mahkota rangkap dari Kerajaan Mesir Utara dan
Selatan berwarna merah dan putih, symbol ular senduk dan burung nazar
dipakai baersama-sama, julukannya sebagai double lord. Namanya yang
ditulis pada cartouche selalu dibubuhi gelar nisut bati atau neb-taui
yang berarti Kings of Upper and Lower Egypt, Lord of The Two Lands.
Dua dinansti yang pertama dari ketigapuluh dinasti-dinasti Manetho
raja-rajanya disebut Dinasti Thinis, mereka berasal dari kota tersebut
dan dimakamkan di dekat kota suci Abydos. Pharaoh pertama telah berhasil
mempersatukan Mesir oleh orang Yunani Kuno disebut Menes. Pengganti
Menes adalah Zer, Zet, Den, Azeb, Semarkhet dan Qasen. Pharaoh Don
pernah mengalahkan orang Bedawin sehingga peristiwa tersebut digunakan
untuk member nama salah satu tahun masa pemerintahannya yaitu tahun the
first occasion of smiting the east. Raja lain yang aktif di Asia adalah
Samerkhet. Dia membuka tambang batu yang bagi Mesir sangat
diperlikandalam pembangunan monument di Sinai. Pharaoh terakhir adalah
Qasen. Dinasti lain dalam periode protodinasti adalah dinasti II,terdiri
dari raja Hotep Sekhomui, Raneb, Neteron-Perabsen, Feremuaat dan
Khangkhem. Nama tiga raja pertama tertera pada salah satu patung d
Cairo.
Dengan wafatnya raja Kasekhem berakhirlah periode protodinasti.
Kemudian menyusul periode besar dari pharaoh membangun pyramid
kolosal,dinasti III – VI, Old Kingdom dengan pusat pemerintahan di
Memphis.
Menurut catatan Manetho dinasti III terdiri dari 9 raja yaitu
Nekherofes, Tsorhros, Mesokris, Soufis, Tosertasis, Akhas, Serufis,
Kerferes. Mereka memerintah dari tahun 4212-3998 SM. Dinasti berikutnya
Dinasti IV, oleh Egyptoloog dikatakan sebagi sumber kebesaran Mesir
Kuno. Pada masa ini terdapat kemajuan di berbagai bidang terutama dalam
bidang arsitektur. Pharaoh-pharao yang terkenal adalah Khufu, Khafra,
Menkamra. Khufu adalah raja pertama dinasti IV. Beliau berasal dari
daerah yang disebut Menat Khufu, sekitar Beni Hasan (sekarang Mesir
Tengah). Dia pernah melakukan eksploitasi tambang di Sinai, membuka
tambang batu ala baster di Hatnub dan membangun tempel di Dendereh.
Pengganti Khufu adalah Khafra dan Menkamra. Mereka juga membangun
pyramid dengan ukurankolosal. Bangunan lain yang menarik di sekitar
pyramid Gizoh adalah sebuah sphinse raksasa yang menggambarkan seekor
singa jantan berkepala manusia. Patung ini bedekatan dengan pyramid
Khafra. Diantara kedua kaki depannya terdapat sebuah stela dengan
tulisan yang berasal dari jaman Thothones IV dinasti XVIII.
Pharaoh berikutnya dari dinasti IV kebesarannya tidak dapat
disejajarkan dengan pembangunan pyramid Gizeh. Keluarga baru dinasti V
berasal dari Heliopolis dengan pusat pemerintahannya masih tetap di kota
Memphis. Setiap pharaoh membangun tempel untuk memuliakan dewa matahari
dengan sebuah obelisk sebagai pusat pemujaan. Di dalamnya terdapat dua
buah perahu yang menurut kepercayaan merupakan kendaraan dewa Ra dalam
mengarungi angkasa siang dam malam hari.
Pharaoh pertama dari dinasti V adalah Userhaf. Namanya tertera pada
dinding bukit karang di dekat Jeram I. Penggantinya bernama Sahura. Dia
mengirimkan ekspedisi ke Phunisia. Pharaoh dinasti VI adalah Teti,
Meyra, Pepi I, Menhra, Neforhana Pepi (Pepi II).dua dinasti terakhir
membangun makam berupa pyramid tetapi dengan ukuran yang tidak begitu
megah. Terdapat tulisan herogliph pada dinding ruangan. Tulisan tersebut
dikenal dengan sebutan Pyramid Texts. Denagn berakhirnya dinasti VI
maka berakhirlah periode Old Kingdom. Sisa-sisa kebesaran terdapat di
sekitar Sungai Nil terutama di kota mati Necropolis di tepi sebelah
barat sungai. Misalnya Gizeh, Sabbara, Dashur, Medum Fuyum, Abureash.
Jaman Middle Kingdom
Gejala kemunduran Mesir sebenernya telah terlihat ketika menjelang
berakhirnya periode Old Kingdom. Pemerintahan sentralisasi tidak dapat
dipertahankan oleh pharaoh-pharaoh terakhir. Para gubernur banyak yang
berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat. Lalu mendirikan
kerajaan-kerajaan kecil yang bebas berdaulat. Setelah berlalunya Old
Kingdon Mesir memasuki First Intermediate Period atau jaman
kegelapan/Dark Age. Dalam periode ini Manetho mengungkapkan adanya empat
dinasti yaitu dinasti VII dan VIII yang berpusat di Memphis, dinasti IX
dan X berkedudukan di lembah dekat ibukota Heracleopolos. Periode ini
merupakan masa perpecahan dan pertentangan dalam negeri antara gubernur
yang satu dengan lainnya memperebutkan hegemoni. Selain itu juga
terdapat banyak serbuan dari luar terhadap Mesir terutama datang dari
arah Asia. Setelah periode Old Kingdom terjadi perang saudara di Mesir
dan masuknya bangsa Asia menyerbu daerah delta.
Di sebelah selatan dekat perbatasan muncul kekuatan baru. Pusat
kekuasaan terbesar in ancient world dan menjadi pusatimperium Mesir
Kuno. Dinasti XI didirikan oleh Intef I. Pada periode ini keagungan
Mesir berangsur naik. Puncak kebesaran periode ini tercapai pada masa
pemerintahan Amnenmhat III dan Sanusert III dari dinasti XII. Pada masa
pemerintahan Intef II, Nekhthebtenefer dengan kekuasaan dinasti baru
belum dapat bertambah. Penggantinya yaitu Mentuhotep I Sankhibtani
terjadi pemberontakan di sekitar Abydos, Thinis. Masa pemerintahan
Metehoteb II Nebhepetra kedudukan Thebe bertambah. Raja terakhir dinasti
ini bernama Montuhoteb V Sankhara.
Pembangunan dinasti XII adalah Amenehat I. Dia banyak mendirikan
bangunan monumental khususnya tempel di Memphis, Fayum dan di daerah
Sudan, sedangkan untuk makamnya sendiri berupa sebuah pyramid di Lisht.
Kota Lishty yang dalam bahasa Mesir disebut Etettani. Pernah dijadikan
ibukota agar dapat dengan mudah mengawasi para gubernur baik yang ad di
utara maupun yang berada di selatan. Salah seorang penggantinya adalah
Sanuisert II yang melakukan ekspedisi ke Asia terutama Palestina dan
Nubia.
Sebelum dinasti ini berakhir masih ada dua raja yang memerintah
setelah Amovemhat IV yaitu Amovemhat IV Maakerura dan ratu
Sobekneferura. Setelah itu Mesir mengalami Second Dark Age. Raja-raja
dari luar disebut bangsa Hyksos yang mempunyai pusat pemerintahan di
Avaris. Dua raja diantaranya meninggalkan beberapa monument adalah Khian
dan Apepi. Masa terakhir dari kekuasaan bangsa Hyksos digambarkan dalam
cerita rakyat seperti yang tertera pada PapyrusSalier II. Isinya adalah
mengenai perselisihan antara seorang raja Hyksos yang bernama Apeju
dengan raja Thebe yaitu Sheken Kera.
Jaman New Kingdom
Periode baru disebut New Kingdom. Periode ini dimulai setelah
berakhirnya kekuasaan bangsa asing Hyksos di Mesir. Dinasti yang
mula-mula naik adalah dinasti XVII yang didirikan oleh Aahmes
Nebpohtira. Usahanya dalam menyelamatkan negara dan mengusir penjajah
asing dari sungai Nil berhasil, bahkan mendesak penjajah asing sampai ke
Siria Tengah. Penggantinya Amenhoteb I terus melakukan pengejaran
terhadap bangsa asing sampai ke daerah antara Orontes dan Tigris. Sampai
masa pemerintahan Thotmes IMesir berhasil menduduki Siria Utara dan
daerah di Asia kecil. Masa pemerintaha dua pharaoh berikutnya Thotmes II
dan Hatshepshut Mesir tidak begitu aktif dalam melakukan ekspansi. Pada
masa pemerintahan Tothmes II Mesir sibuk di daerah utara. Pharaoh
terbesar dari dinasti ini adalah Amonhoteb III. Pada masa ini Mesir Kuno
mencapai puncaknya.
Dinasti berikutnya dinasti XIX didirikan oleh Haremhab. Dinasti XX
didirikan oleh Ramses III. Ekspansi keluar masih dilakukan yaitu ke
daerah Libia, Siria, Palestina dan Aegea. Dia juga rajin mengadakan
pembangunan. Dia banyak menghamburkan kas Negara untuk mengadakan
kebaktian kepada para dewa. Tempel-tempel yang didirikan terletak selain
di Karnak juga di Medimethobo. Pada masa pemerintahannya sudah nampak
gejala-gejala kemunduran Mesir. Kas Negara sangat tipis, pemberontakan
sering terjadi. Raja-raja berikutnya kebanyakan adalah penguasa yang
lemah.
Periode berikutnya dikenal sebagai Late Period yang terdiri dari
dinasti XXI – XXVI. Dinasti XXII didirikan di Bubastis. Raja pertamanya
adalah Shashakh. Nasib Mesir selanjutnya lebih menyedihkan dengan
dikuasai berbagai Negara. Orang Ethiopia mendirikan dinasti XXIII. Mesir
dijadikan sebagai suatu dominion dan diperintah dari ibukota yang
letaknya jauh yaitu di Napata dekat Jeram IV. Di daerah delta muncul
dinasti XXIV yang berpusat di Sais. Dua orang raja yang terkenal adalah
Tefnekht dan Boecharis. Perdagangan mulai maju dengan daerah-daerah
Mediterania. Keluarga ini tidak dapat bertahan lama dikarenakan serbuan
orang yang berasal dari arah selatan. Untuk kedua kalinya orang Ethiopia
datang dan berkuasa di Mesir. Lalu mereka mendirikan dinasti XXV. Pada
masa raja Shabaha daerah delta dapat dikuasai.
Dinasti XXVI berdiri di Sais. Combyses di Mesir mendirikan dinasti
XXVI. Selain menguasai Mesir dia juga memperluas jajahan. Plitik luar
negeri dalam menghadapi Persia dengan cara bersekutu dengan beberapa
raja di daerah Asia lainnya tidak membawa hasil seperti yang diharapkan.
Di dalam timbul pemberontakan-pemberontakan. Kedatangan Alexander di
Lembah Nil disambut baik. Rakyat Mesir sebenarnya merasa telah
kehilangan kemerdekaannya. Tetapi Mesir Kuno terus melakukan
perjuangannya.
Polytheisme Mesir Kuno
Menurut beberapa ahli keagamaan Mesir Kuno berbentuk polytheisme
yaitu mempercayai dan memuja lebih dari satu dewa. Perpindahan suku-suku
juga berdampak padabidang spiritual. Percampuran antarsuku terjadi
sejak jaman pradinasti. Akibatnya kepercayaan yang semula berbentuk
sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit. Semula hanya mengenal dewa
pelindung sukunya menjadi mengenal berjuta-juta bintang di langit yang
dianggapnya sebagai dewa-dewa. Orang-orang Mesir memuliakan hewan
sebagai pelindungannya. Hal ini akibat dari cara hidup mereka yang
berdekatan dengan hewan. Hewan kemudian dianggap sebagai dewa pelindung
suku. Hewan yang telah mencapai usia tertentu akan dibunuh dan dimakan
bersama-sama dalam rangkaian upacara ritus. Selanjutnya akan dicari
hewan yang sejenis sebagai gantinya.
Phase kedua dengan datangnya suku-suku baru yang memuliakan manusia.
Kepercayaan ini berlatarbelakangkan pada rasa kagum dan hormat kepada
kepala suku. Diantara dewa-dewa yang termasuk human god yang paling
terkenal dan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan keagamaan
Mesir Kuno adalah Dewa Osiris. Pemujaan terhadap dewa Osiris besar
kemungkinan berasal dari daerah Asia dan masuk Mesir pada jama
prasejarah.
Phase ketiga dengan masuknya suku-suku yang memuliakan alam, nature
god atau angkasa, heaven god, cosmic god. Mereka datang ke Mesir datang
pada jaman prasejarah sekitar 7000 SM berasal dari daerah Asia. Dewa
yang dipuja adalah Dewa Ra. Pusat pemujaan di Mesir adalah Kota
Heliopolis. Kepercayaan terhadap dewa ini tersebar ke daerah selatan.
Suku yang memuliakan dewa matahari ini tingkat kebudayaannya lebih
tinggi daripada suku-suku sebelumnya. Penduduknya dikatakan orang-orang
intelek, seniman, pekerja tangan dan pedagang.
Phase terakhir dengan datangnya suku-suku yang memuliakan dewa
abstrak seperti keindahan,ilmu pengetahuan, kebenaran, kematian,
pencipta dan lain-lain. Mereka datang menjelang berakhirnya jaman
pradinsti. Kebanyakan berasal dari daerah Afrika Timur, Somali yang
diolah orang Mesir disebut tanah Punt. Dewa-dewa penting antara lain
dewa pencipta, ptah, kaum priya.
Di sampung faktor sosial juga pengaruh politik besar terhadap
perkembangan polytheisme Mesir Kuno. Kesatuan dalam politik
mengakibatkan kesatuan theology. Turun naiknya kedudukan setiap dewa
erat hubungannya dengan turun naiknya peranan suatu tempat atau dinasti
yang berkuas atas Mesir.
Dewa Ptah, Ra, Amon dan Osiris
Dewa Ptah merupakan dewa pertama dalam jaman dinasti yang dianggap
sebagai dewa tertinggi dalam kerajaan. Kedudukannya mulai naik bersama
dengan dijadikannya kota asal dewa tersebut sebagai ibukota yaitu
Memphis. Sehingga kota tersebut dinamakan Hakaptah oleh orang Mesir.
Konsepsi Memphis dewa Ptah adalah pencipta alam semesta. Dia tidak hanya
menciptakan manusia, dewa, benda tetapi segala sesuatu yang ada dalam
tempel terutama patung-patung yang dipuja oleh manusia. Dewa Ptah dapat
disejajarkan dewa kematian kota Memphis yaitu Sokar.
Penduduk di beberapa daerah yang seharian selalu bermandikan cahaya
matahari seperti Mesir mengangkat matahari sebagai seatu yang harus
diagungkan dan dipuja. Dalam bentuk sebagai manusia dewa matahari
disebut Otum tetapi sebutan paling umum adalah Dewa Ra. Ra berbentuk
manusia berkepala elang dengan bulatan matahari di atasnya seperti ular
serduk uracus melingkari bola tersebut. Kepala burung elang ini
menandakan adanya pengaruh dewa lain yaitu Dewa Horus. Persatuan antara
kedua dewa ini diberi nama Ra Herakhty.
Orang Mesir kuno mengenal beberapa legend sekitar Dewa Ra. Cerita
yang terkenal adalah usaha Dewa Isis untuk menguasai Dewa Ra dengan
mengetahui nama rahasia Dewa Ra. Setelah diberi mantra maka ular
jadi-jadian itupun hidup dan menggigit Dewa Ra dan langsung sakit keras.
Dewa Isis berpura-pura menawarkan jasanya. Dewa Ra akhirnya sadar kalau
itu semua hanya jebakan Dewa Isis. Tetapi karena Dewa Ra memerlukan
kesembuhan kemudian dibisikannya nama rahasianya. Yang mengetahui nama
rahasia Dewa Ra adalah putranya Horus dan Dewa Isis.
Dewa Ra salah satu dewa yang benar. Bagi para pemujanya dia yang
lebih dahulu ada di alam. Berbeda dengan Dewa Ra, Dewa Osiris tidak
dikenal oleh kalangan atas. Symbol Osiris adalah sebuah tiang atau pilar
yang berkepala empat buah, pohon maupun tulang belakang manusia.
Dewa lain yang bernasib baik dan pernah menikmati masa kejayaan Mesir
Kuno adalah Dewa Amon. Namanya banyak digunakan oleh pharaoh dari
dinasti XII dan XVIII seperti Amonemhat, Amonhotep. Tempel untuk
memuliakan dewa ini tersebar di seluruh daerah Mesir, terutama di
ibukota thebe dengan kompleks besar Karnak dan Luxor yang pada jaman
kuno disebut opet-isut dan opet-riset.
Tempel, Upacara dan Pendeta
Bagi orang Mesir dewa Neter dianggap mempunyai sifat yang agung,
mulia, pemurah, cantik, kuat, adil dan sifat yang terpuji. Dewa-dewa
sama dengan manusia. Mereka tidak kekal dan bukan maha tau. Perbedaan
antar dewa dan manusia hanya terdapat dalam tingkatan dewa yang lebih
tinggi dan can do no wrong. Karena kelebihan inilah dewa sering dimintai
bantuan oleh manusia bila sedang menghadapi berbagai kesulitan. Caranya
antara lain dengan mengadakan upacara, pembacaan mantra, menghadiahkan
sajian. Sebagai imbalannya para dewa menurunkan a power from heaven.
Karena ada persamaan dengan manusia maka dewa juga memerlukan rumah yang
disebut tempel. Di dalam tempel ini manusia dapat menghadap pada dewa
pujaannya, member sesaji, memanjatkan doa. Tempel dibangun di
tengah-tengah kota. Dindingnya dibuat tinggi agar suara gaduh di luar
tempel tidak menggangu. Dinding di bagian muka dibuat lebih tinggi dan
kokoh bagaikan sebuah benteng. Dinding ini dinamakan pylon. Bagian
luarnya diberi hiasan berupa relief yang melukiskan aktifitas pharaoh.
Bagian sebelah dalam juga penuh dengan relief dengan tema keagamaan.
Mula-mula tempel dianggap sebagai tempat kediaman dewa saja tetapi
kemudian dalam perkembangannya sejalan dengan gerakan polytheisme.
Tempel ditempati oleh banyak dewa yang membentuk keluarga.
Upacara pemujaan umumnya dilakukan setiap hari. Di dalam sebuah
tempel upacara diselenggarakan oleh pendeta. Selain upacara harian juga
dikenal beberapa upacara istimewa yang tidak hanya diselenggarakan oleh
para pendeta tetapi diikuti oleh segenap rakyat. Upacara tersebut antara
lain menyambut kemenangan dalam suatu peperangan, memperingati hari
ulang tahun pharaoh dan yang paling besar adalah hari raya akhir tahun
selama lima hari berturut-turut.
Upacara keagamaan yang diselenggarakan di setiap tempel ditangani
oleh para pendeta. Menurut tinggi rendahnya jabatan terdapat dua
golongan besar pendeta yaitu hem neter dan uab. Selain pendeta pria ada
juga pendeta wanita. Meraka bertugas sebagai musician membunyikan
instrument music yang disebut sistrum sebagai pengiring upacara. Gelar
yang digunakan oleh pendeta berbeda disetiap tempat sesuai banyaknya
aliran yang ada di Mesir.
Kepercayaan tentang Kematian
Keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian juga dimiliki oleh
orang-orang di lembanh Nil. G. E. Smith mengatakan bahwa kepercayaan ini
usianya sama tua dengan manusia itu tubuh kasarnya dilengkapi dengan
unsure-unsure lain yang abstrak-immateriil. Beberapa diantaranya adalah
ka, ba, akh, khat, dt, ib, rn. E. A. W Budge menambahkan dengan
unsure-unsure yang disebut ab, khaibit, khu, sekhem, sahn.
Setiap orang Mesir Kuno mempunyai pendapat yang berbeda tentang wujud
kehidupan setelah kematian. Pendapat yang paling tua dan paling popular
mengatakan bahwa setelah mati manusia akan hidup kembali dengan kondisi
yang hampir sama dengan lkehidupan yang dilalui di dunia. Manusia tidak
akan mengalami perubahan wujud. Pendapat lain mengatakan bahwa si mati
khususnya raja akan hidup tidak lagi di dunia ini melainkan di angkasa.
Untuk sampai disana terlebih dahulu dia harus memanjat tangga, tali,
pohon, angin, awan, asap, terbang atau dianggap sebagai dewa angkasa
nut. Setelah sampai di angkasa harus berjalan kea rah timur menuju
kerajaan Dewa Ra. Kepercayaan lainnya mengatakan bahwa si mati akan
hidup di bawah tanah. Ada lagi yang mengatakan bahwa kerajaan si mati
tertelak di sebuah pedang yang disebut Yaru. Kehidupan ini sangat
menyenangkan, manusia tidak akan khawatir.
Sehubungan dengan kepercayaan akan adanya kehidupan yang baru setelah
mati ini orang Mesir merawat baik-baik mayat orang yang sudah
meninggal. Sesaji selalu disediakan agar si mati tidak kelaparan.
Memelihara makam juga dipercayakan kepada putra laki-lakinya yang paling
tua. Para raja mengawetkan mayatnya dengan cara pembalseman,
mumifikasi. G. E Smith mengatakan bahwa sejarah mumifikasi sudah dikenal
sejak jaman dinasti yang pertama. Dalam perkembangan periode
selanjutnya menjadi sangat rumit. Orang yang mati akan disertakan
ajimat,tulisan, lukisan, relief yang menggambarkan orang Mesir
sehari-hari dan kehidupan setelah kematian.
Upacara kematian akan dipimpin oleh pendeta. Peti mati beserta semua
benda akan dimasukan ke dalam makam dan dibagi menjadi beberapa ruang.
Upacara pemakaman diakhiri dengan ditutupnya makam agar tidak dimasuki
oleh para pencuri dan pintunya dirahasiakan. Bentuk makam juga selalu
berubah.
Karena percaya adanya kehidupan setelah mati maka sebagian besar
orang Mesir mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang. Makam
pharaoh akan dijadiakan sebagai rumah yang abadi.
Atonisme
Pada masa pemerintahan Amonhotep III Mesir mengalami puncak
kejayaannya. Pada saat itu Mesir menjadi sebuah imperium dengan daerah
kekuasaan yang luas meliputi lembah Nil dan daerah sekitarnya meliputi
Nubia, Somali, Jazirah Arobia, Asia Kecil serta beberapa kepulauan
Aegea. Tetapi kebesaran itu menimbulkan suatu malah besar bagi Mesir
yaitu kesulitan di dalam negeri. Dengan kekayaan mereka dapat memperoleh
kekuasaan. Dengan kekuasaan tersebut mengakibatkan bertambah kakunya
ajaran lama yang konvensionil, bertambah luasnya horizon Mesir yang
dapat mempengaruhi alam pikiran orang tertentu khususnya kalangan istana
dan menimbulkan keinginan untuk mengadakan berbagai perubahan terutama
dalam bidang keagamaan. Hal ini diperkuat dengan faktor lain yaitu
politik imperialisme Mesir yaitu masuknya orang-orang asing yang membawa
kepercayaan baru.
Tiy mensponsori kalangan istana yaitu memperkenalkan ajaran baru yang
mengagungkan dewa matahari yang disebut Aton. Tindakan ini merupakan
pukulan bagi orang Thebe. Pada masa pemerintahan raja muda Amonhotep IV
ajaran Antonisme yang diperkenalkan oleh ibunya terus dikembangkan.
Walaupun telah ada tanda-tanda penyimpangan. Tetapi kemudian pada usia
17 tahun nampak gejala-gejala yang menyolok. Nama yang semula Amonhotep
yang diganti dengan Akhnaton. Nama ini menjadi pertanda datangnya
bencana bagi keagamaan Mesir Kuno yang tradisionil.
Mula-mula Akhnaton beranggapan bahwa dewa Aton digambarkan dengan
gaya zoomorphisme. Dewa aton tidak seperti dewa yang biasa dipuja oleh
orang Mesir Kuno. Dewa ini tidak boleh diberi bentuk dan tidak boleh
dipatungkan. Boleh diberi symbol tetapi tidak untuk dipuja. Dewa Aton
menciptakan dan memelihara segala isi alam tetapi tidak merusaknya. Dewa
Aton mempunyai sifat yang tidak menyukai kekerasan, penindasan
peperangan. Ini mempengaruhi perkembangan jiwa dan fisiknya.
Perubahan dalam bidang keagamaan berpangaruh dalam bidang lain
terutama masalah kematian, kesenian dan kebijaksanaan politik
pemerintah. Semua berbeda dengan tradisi yang selama ini dipertahankan
oleh orang Mesir Kuno yang masih ortodoks.
Akhnaton telah mengadakan perubahan yaitu yang awalnya polytheisme
menjadi atonisme yang monotheisme. Dia merasa usahanya sukses dan
mempunyai banyak pengikut. Tetapi dalam kenyataannya di luar istana
tanpa sepengetahuannya rakyat masih mengagungkan dewa lama.
SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN
NEGARA – NEGARA AFRIKA
BAB I
PENDAHULUAN
Afrika merupakan Benua terbesar kedua di dunia. Pada awalnya tidak
ada yang tertarik dengan benua ini termasuk bangsa-bangsa barat. Hal ini
diakibatkan karena di Afrika tanahnya gersang, sulit air, tandus, dan
banyak terdapat gurun pasir yang luas.Tetapi setelah bangsa barat datang
ke Afrika, maka wilayah Afrika dibagi menjadi banyak wilayah kekuasaan
Sampai dengan PD I tinggal ada 2 negara yang merdeka yaitu : Liberia
dan Ethiopia. Sementara negara lainya sudah dikuasai oleh bangsa barat,
Misalnya : Inggris berkuasa di :Mesir, Sudan, Uganda, Kenya, dll yang
semuanya merupakan daerah yang subur dan padat penduduknya. Sementara
kekuasaan Prancis Meliputi :Sahara, Gueinia, Maroko Aljazair, Tunisia,
dll. Adapun wilayah yang dikuasai Prancis Terbagi dalam dua Propinsi
besar yaitu : Afrika barat Prancis dan Afrika Equator Prancis. Selain
itu negara lainya di Afrikapun rata-rata juga sudah dikuasai bangsa
barat lainya.
Kebanyakan negara-negara barat didalam menguasai Afrika tidak sampai
daerah pedalaman, hanya Inggris dan Prancis yang melakukan itu. Inggris
hampir menguasai seluruh daerah Afrika dari utara ke selatan, terbukti
dengan dibangunya jalur kereta api dari Cape sampai ke Cairo oleh Cecil
Rhodes. Prancis yang ingin menguasai dunia dari samodra ke samodra di
Afrika barat berhasil menemukan lautan Atlantik dan Guinia Prancis. Niat
Inggris yang ingin menguasai dari daerah utara ke selatan terhalang
oleh Jerman yang menguasai daerah Tanganyika dan Afrika bagian timur
berdasarkan
Perjanjian Helgoland 1892. Sebaliknya cita cita
Prancis juga terhalang inggris di Sudan. Dengan melihat fakta diatas
maka jelas bahwa sebelum Perang Dunia I daerah Afrika terbagi bagi
menjadi daerah daerah kekuasaan bangsa barat.
Di Afrika selatan menjelang perang dunia I terjadi konflik antara
orang Inggris dengan orang Prancis keturunan. Hal ini disebabkan karena
Inggris ingin agar Afrika Selatan yang sudah memperoleh hak otonomi
berdiri dibelakang sekutu. Sementara orang Boer yang secara psikis lebih
dekat dengan Jerman ingin agar Afrika selatan memihak Jerman. Akhirnya
Inggris yang menang dan Afrika Selatan berdiri di belakang sekutu.
Perang dunia I membawa perubahan peta kekuasaan di Afrika. Yaitu
tersisihnya dua penguasa berdasarkan perjanjian Versailles. Negara yang
kalah dalam perang harus menyerahkan daerah kekuasanya pada LBB menjadi
daerah mandat. Daerah Jerman sebagian besar dikuasai oleh Inggris dan
Prancis. Tanganyika dikuasai Inggris dan Belgia berkuasa di Ruanda dan
Burundi.
Selama waktu antara Perang dunia I dan II belum muncul Nasionalisme
di Afrika. Baru setelah selesai perang dunia II munculah nasionalisme
besar-besaran di Afrika maupun di Asia yang ingin melepaskan diri dari
penjajahan bangsa bangsa Eropa dengan tujuan untuk mencapai sebuah
kemerdekaan. Setelah melalui perjuangan panjang akhirnya bangsa-bangsa
di Afrika banyak yang mencapai Kemerdekaan pada sekitar tahun 1960.
Selain dicapai melalui perjuangan kemerdekaan juga dicapai melalui
solidaritas negara-negara di Asia dan Afrika juga ada yang dicapai
secara damai yaitu kemerdekaan yang diberikan langsung oleh negara yang
menjajah. Hanya ada dua negara yang tidak mau melepaskan tanah
jajahanya yaitu Spanyol dan Portugis. Bekas jajahan Inggris dan Prancis
terpecah menjadi negara-negara kecil yang merdeka. Adapun kelompok
negara negara baru tersebut adalab sebagai berikut:
- Bekas jajahan Inggris : Sudan, Uganda, Kenya, Zansibar, Tanzania, Malawi dan Zambia.
- Di Afrika Barat : Ghana, Senegal, Gambia, Nigeria dan Somalia.
- Daerah Prancis di Afrika Utara meliputi : Maroko, Aljazair,
Tunisia, Mauritania, Niger, Pantai gading, Afrika Tengah, Chad,
Kamerun, Togo, Malagazi, Eritrea, Congo, Gabon.
BAB II
IMPERIALISME DAN POLITIK KOLONIAL BARAT DI AFRIKA
A. Sejarah dan Arti Imperialisme
Kata Imperialisme berasal dari bahasa latin yaitu
”Imperium”
yang berarti perintah. Istilah tersebut pertama kali digunakan oleh
Inggris pada tahun 1870 dan 1855. Secara istilah Imperialisme berarti
sebagai suatu usaha untuk memperoleh hubungan yang erat antara
bagian-bagian kerajaan Inggris dengan negeri induk, baik hubungan
cultural maupun mengadakan perjanjian politik dan militer. Dalam
perkembanganya kata Imperialisme mengalami perubahan arti dari semula
yang berarti “
Perintah” menjadi “
Hak memerintah” atau “
kekuasaan memerintah”
dan berubah lagi menjadi daerah dimana kekuasaan memerintah itu
dilakukan. Adapun tujuan dari Imperialisme pada awalnya ada 3 macam
yaitu: Gold, Glory, Gospel. (Mencari kekayaan, Menyebarkan Agama dan
kejayaan).
Imperialisme yang pertama kali dilakukan oleh bangsa barat pada abad
16. Adapun Imperialisme pada saat itu dibagi dalam 2 hal yaitu:
Imperialisme tua (kuno) dan Imperialisme moderen. Imperialisme kuno
dilakukan dengan cara melakukan penaklukan penaklukan negara dan bangsa
lain untuk menjamin perdaganganya. Untuk kegunaanya imperialisme kuno
hanya mengambil barang mentah tanpa menyajikan balasan barang jadi pada
negeri jajahan. Imperialisme juga banyak dilakukan dengan expansi
expansi ke negara lain. Adapun yang menjadi pelopor dari Imperialisme
kuno adalah negara Portugis dan Spanyol. Sasaran mereka adalah
negara-negara dikawasan Asia, Australia, dan Amerika.
Sedangkan Imperialisme moderen yang dipelopori oleh Inggris yang
telah berhasil dengan Revolusi Industrinya dan diikuti oleh
negara-negara kapitalis lainya seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Imperialisme moderen dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri dan
modalnya yang surplus dengan cara exploitasi dan penetrasi kebudayaan.
Setelah berkembangbya nasionalisme berkobar di luar Eropa, imperialisme
moderen bersembunyi dalam bentuk: Protecktorat, Domonion, Negara mandap,
dan negara negara boneka. Dalam Imperialisme moderen maka yang diambil
adalah barang mentah tetapi setelah itu disajikan pula barang dalam
bentuk jadi kepada negara jajahan. Dalam bahasa mudahnya dalam
Imperialisme moderen negara yang melakukan Imperialisme menjadikan
negara jajahan sebagai negara pemasaran hasil industri yang mengalami
surplus. Tujuan pokoknya adalah mempengaruhi dan menguasai ekonomi
bangsa lain. Dengan melihat fakta diatas tentunya jelas dan dapat kita
simpulkan bahwa pada hakikatnya tujuan imperialisme adalah sama. Tetapi
terdapat pula corak corak khusus yang membedakan satu sama lain yaitu:
- Adanya perbedaan corak politik kolonial. Perbedaan corak politik
kolonial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial di tanah jajahanya
masing-masing.
- Cara yang dipakai oleh bangsa terjajah untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang berbeda-beda juga.
2 hal itu yang membedakan corak corak khusus imperialisme yang satu
dengan yang lain. Imperialisme moderen yang dipelopori oleh Inggris
mencapai kejayaan pada tahun 1885 sampai dengan 1900. dengan adanya
Imperialisme yang dilakukan oleh bangsa bangsa barat tentunya juga
menimbulkan dampak yang dirasakan oleh bangsa yang terjajah antara lain
adalah: Adanya kemiskinan yang terjadi di tanah jajahan, Adanya
penderitaan yang tak terhingga di tanah jajahan, Imperialisme juga
menyebabkan suatu bangsa yang terjajah mengalami pecah belah dan
terbelakang, serta menyebabkan bangsa terjajah kehilangan keppribadian.
B. Politik Kolonial Barat di Afrika.
Ada bermacam corak ragam politik kolonial barat di Afrika, akan
tetapi pada dasarnya tujuan mereka adalah sama yaitu politik pecah belah
atau adu domba. Hal ini dilakukan untuk mempermudah didalam usaha untuk
tetap menguasai tanah jajahan. Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan
politik kolonial yang dilakukan oleh Inggris dan Prancis di Afrika. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan kedua negara tersebut yang berhasil
mendominasi negara-negara di Afrika.
Politik kolonial yang dilakukan Pranci di Afrika diantaranya :
- Politik Asimilasi/Percampuran
Dalam hal ini orang-orang pribumi di Afrika diperlakukan sama dengan
orang Prancis, perlakuan yang sama ini diberikan disegala bidang
kehidupan antara lain: Pendidikan, hukum, Sosial ekonomi maupun hak yang
sama dalam Parlemen.
- Politik Asosiasi
Pada politik ini maka Prancis melebur orang pribumi dan mencetak kembali menjadi orang orang yang berjiwa Prancis.
- Politik Devide At Impera
Politik ini dilakukan dengan memecah belah penduduk pribumi sehingga lebih mudah untuk dikuasai.
- Politik Conversion au Cristianisme
Politik ini dilakukan dengan cara mengadakan Kristenisasi terhadap penduduk pribumi.
Sedangkan politik yang dilakukan Inggris antara lain adalah:
1. Pola Politik C. Khodes
Politik kolonial ini dilakukan dengan penekanan kepada kepentingan imperium Inggris atau kepentingan kaum kolonis di koloni.
2. Pola Politik D. Livingstone.
Pada politik ini menekankan kepada pertanggungan jawab sebagai pembimbing untuk bumi putera.
3. Sistem pemerintahan In Direct rule
Dalam system pemerintahan ini adalah system pemerintahan tidak langsung yaitu melalui birokrasi-birokrasi yang ada.
4. Membiarkan tetap berlangsungnya kebiasaan-kebiasaan yang telah berlaku di tanah jajahan.
- Membimbing penduduk di tanah jajahan kearah pemerintahan sendiri yang mandiri secara pelan pelan dan Evolusioner.
Jadi apabila kita bandingkan Politik kolonial dari kedua negara
tersebut memang mengalami perbedaan corak, akan tetapi pada dasarnya
adalah sama yaitu sama sama dilakukan untuk tetap bisa menguasai wilayah
jajahan.
Berbeda dengan di Asia, di Afrika sebagian besar jatuh ke kaum
kolonialis dan imperialis tanpa disertai perlawanan yang hebat, walaupun
ada juga yang disertai oleh sebuah perlawanan yang hebat yang dilakukan
oleh kaum nasionalis yang ada. Akan tetapi sebagian besar negara Afrika
jatuh ketanah jajahan akibat dari perjanjian perjanjian yang diadakan
antara kaum imperialis sendiri atau kaum imperialis dengan kepala kepala
suku yang ada di Afrika.
BAB III
ARTI EXPLORASI DAN AKIBAT AKIBATNYA BAGI BANGSA BANGSA DI AFRIKA
Benua Afrika sering dikatakan sebagai “
The Dark Continent”
karena benua Afrika sebagian besar belum dikenal oleh dunia
internasional. Daerah yang dikenal hanya sebagian kecil Afrika bagian
Utara yang letaknya dekat dengan Eropa. Pada zaman Roma kuno sebagian
dari daerah Afrika utara dimasukkan dalam “
Imperium Romanum”.
Daerah tersebut dinamakan Africano. Pada awalnya orang orang mengira
bahwa daerah ini tidak berpenduduk, dan hanya didiami oleh binatang
buas.
Tahun 1453 merupakan tahun yang penting bagi sejarah dunia, yaitu
jatuhnya kota Konstantinopel yang mengakibatkan runtuhnya perdagangan
Eropa karena Sultan Turki menutup Bandar-bandarnya bagi kapal-kapal kaum
Nasrani. Tetapi orang Eropa berusaha mencari jalan lain yang nantinya
akan membawa mereka menuju dunia timur. Dalam usahanya mencari jalan
baru maka daerah Afrika yang tadinya dikatakan masih dalam keadaan gelap
berangsur-angsur mulai dikenal oleh dunia barat. Penjelajahan daerah
Afrika pada awalnya dipelopori oleh Portugis dengan tokoh Bartolomeuz
Diaz dan kemudian disusul oleh Vasco da Gama. Setelah sampai sedemikian
jauh daerah Afrika yang telah dikenal oleh dunia barat barulah
daerah-daerah yang letaknya masih ditepi saja. Sedangkan daerah
pedalaman masih dalam keadaan “
The Dark Continent”.
Daerah Afrika tersebut kemudian diduduki oleh bangsa Eropa dari
berbagai negara seperti: Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dll.
Sedangkan tokoh tokoh penjelajahanya antara lain adalah: Henry Morthon
Staenly, David Livingstone, Baker, Gordon, de Brazza. Berkat aktivitas
para penjelajah boleh dikatakan seluruh daerah Afrika sudah dikenal
seluruhnya. Dengan demikian daerah Afrika tidak merupakan dunia gelap
atau “The Dark Continent”. Tetapi dengan dikenalnya seluruh Afrika
berarti pula datangnya bencana bagi orang-orang asli Afrika yaitu
datangnya bahaya Imperialisme(penjajahan). Dengan demikian disadari atau
tidak maka para penjelahahpun turut ambil bagian dalam pembentukan
imperialis kapitalis bangsanya. Selain para penjelajah yang juga
berperan disini adalah para pedagang-pedagang besar. Ditulisan ini
penulis akan meyajikan tokoh tokoh expedisi Afrika beserta dengan hasil
hasilnya sebagai berikut:
A. Arti Expedisi Livingstone
Penemuan baru hasil dari Expedisi yang dihasilkan Livingstone dan
kawan kawan sangat berarti besar bagi pengungkapan Afrika, terlebih
setelah terbitnya buku-buku karya Livingstone cs, yang membuka mata
bangsa Eropa tentang eloknya Afrika. Afrika merupakan sebuah benua baru
dengan sumber kekayaan yang sangat luar biasa sehingga memancing minat
bangsa-bangsa lain untuk menguasainya terutama bangsa barat. Tercatat
ada beberapa negara yang berebut untuk menguasai Afrika, bahkan Afrika
yang sangat luas itu nantinya kekuasaanya akan dibagi bagi menjadi
beberapa bagian sesuai negara yang menguasainya. Berikut adalah beberapa
negara yang berusaha menguasai Afrika : Jerman, Inggris, Belgia,
Prancis, dll.
Untuk menghindari konflik di Afrika menyangkut perebutan kekuasaan di
Afrika maka terciptalah sebuah konggres di Berlin ( Jerman ) pada tahun
1885. Adapun hasil konggres Berlin antara lain adalah;
- Kongo dalam status Free state dalam penguasaan Belgia, Artinya semua
negara boleh bertindak leluasa akan tetapi harus terbuka untuk
perdagangan bebas ( Politik pintu terbuka tetap dijalankan )
- Para peserta konggres Berlin berjanji untuk melindungi penduduk bumi putera terutama dibidang kesehatan, moril dan meteriil
- Prancis mendapat bagian daerah di sebelah utara muara sungai Kongo dengan ibukota Brazzaville
- Hak Portugis atas Angola diakui tetapi daerah yang ditambahkan
kepada Mozambiek harus diserahkan kepada Inggris dan kemudian daerah itu
disebut dengan Rhodesia
- Antara Inggris dan Jerman dibuat persetujuan yang mengatur bahwa
Zanzibar diserahkan pada Inggris dan ditukar dengan pulau Helgolandia
yang letaknya dekat dengan Jerman.
B. Konflik Antara kaum Imperialis barat di Afrika.
Konflik yang terjadi saat itu tentunya tidak dapat dilepaskan dari
keberadaan negara- negara imperialis dari Eropa yang sama-sama ingin
menguasai wilayah Afrika. Hal ini dapat dilihat dari usaha-usaha yang
dilakukan oleh bangsa Eropa sebagai berikut. Prancis ingin memperluas
wilayah jajahanya dengan menaklukkan daerah Maroko kemudian membuat
rencana untuk memperluas lagi kearah Pantai Atlantik sampai Samudra
Indonesia. Tetapi usaha itu gagal di Sungai Nil karena bertubrukan
dengan Inggris yang saat itu juga dalam usaha untuk memperluas wilayah
dari Cape Town ( Afsel ) sampai Cairo ( Mesir ). Adapun benturan itu
terjadi di Fasyoda di tepi Sungai Nil. Dengan adanya benturan itu maka
lahirlah istilah Krisis Fasyoda. Yang berpusat di Sudan.
Yang juga tidak dapat dilepaskan dari Konflik diatas adalah mengenai
terusan Suez yang dibangun oleh Ferdinand de Lesseps pada tahun 1869.
Inggris mula mula menolak mentah mentah rencana dibangunya Terusan Suez
karena dianggap akan mendatangkan ancaman terhadap India. Tetapi
kemudian setuju dengan catatan turut memegang saham dalam PT
Internasional Terusan Suez. Pada saat itu Mesir sedang mengalami
kesulitan masalah keuangan sehingga mengajukan proposal kepoada Prancis ,
akan tetapi karena Prancis baru saja melunasi utang perangnya pada
Jerman maka proposal itu tidak dapat dipenuhi oleh Prancis. Dengan
mengetahui hal itu maka Inggris memanfaatkan momentum tersebut untuk
membeli seluruh saham Terusan Suez dan menguasainya. Perlu dicatat bahwa
Terusan Suez merupakan kunci pintu masuk ke India, dengan demikian akan
memudahkan akses Inggris terhadap India.
Selain itu dengan menguasai terusan Suez dan pulau Perin maka Laut
Merah akan berada dibawah pengawasan Inggris disamping itu juga
menguasai pintu pintu masuk laut tengah karena Selat Jabaltarik juga
telah dikuasai. Bahkan Akhirnya negara Mesir juga berhasil dikuasai oleh
Inggris dan menjadi negara persemakmuran Inggris dengan nama
“Anglo Egyption Sudan”.
Sementara di Eropa saat itu juga sedang terjadi Krisis karena adanya
pergeseran politik. Prancis mulai terancam dengan keberadaan Jerman dan
berusaha memperbaiki hubunganya dengan Inggris. Maka pada tahun 1904
terjadilah perjanjian antara Inggris dan Prancis yang menyatakan.
Prancis melupakan insiden Fashoda dan tidak akan merintangi politik
Inggris di Mesir. Sementara Inggris memberikan kebebasan kepada Prancis
di Maroko.
Dengan melihat uraian diatas tampak bahwa Afrika saat itu secara
kekuasaan dibagi menjadi beberapa daerah jajahan. Adapun penguasa di
Afrika antara lain adalah: Inggris, Prancis , Jerman, Belgia, Italia,
Portugis dan Spanyol. Hanya Liberia dan Afrika Selatan saja yang
Merdeka. Liberia tetap merdeka karena didirikan oleh mantan mantan budak
yang telah dibebaskan dari Amerika Serikat. Sedangkan Afrika Selatan
tetap merdeka karena yang memegang kekuasaan adalah orang kulit putih
yaitu orang-orang Boer yang merupakan keturunan Inggris dan dibentuk
dibentuk Dominion oleh Inggris. Yang tidak dapat dilupakan juga bahwa
pada saat itu terjadi diskriminasi ras antara orang kulit putih dengan
orang kulit gelap yang sampai sekarang terkenal dengan istilah Politik
Apharteid.
C. Afrika Antara 2 Perang Dunia.
- Daerah- Daerah bekas jajahan Jerman
Sebagai akibat dari kekalahan Jerman dalam perang Dunia I semua
jajahan Jerman dikuasai oleh musuh-musuhnya termasuk didaerah Afrika.
Pada saat itu sempat ada gagasan untuk membentuk sebuah
Internasionalisasi jajahan dengan pemerintahan sedunia. Tetapi hal
tersebut tidak dapat dijalankan karena dalam pelaksanaanya daerah-daerah
tersebut tetap dikuasai oleh pemenang-pemenang perang dengan system
daerah mandat. Dalam hal ini organisasi internasional yang ada pada saat
itu LBB mengamanatkan pada penguasa daerah mandat untuk memperbaiki
kesejahteraan serta kemajuan penduduk pribumi yang masih terbelakang.
Tetapi pada saat itu yang terjadi adalah amanat tersebut tidak dapat
dijalankan oleh penguasa mandat , bahkan penguasa mandat cenderung untuk
tetap mengexploitasi daerah mandat sehingga yang terjadi adalah daerah
mandat menjadi semakin menderita.
- Pergerakan Kemerdekaan di Afrika Utara sampai dengan Perang Dunia II
Dengan dikuasainya terusan Suez oleh Inggris maka membuat Inggris
semakin leluasa mengexploitasi Mesir. Pada saat itu Inggris juga
memperbesar penanaman modal di Mesir. Dengan keadaan mesir yang semakin
terjajah maka memunculkan gerakan Nasionalisme di Mesir dibawah pimpinan
Arabi Phasa. gerakan tersebut menuntut kepada Khidive agar mengadakan
pembaharuan pemerintahan dari system feodalistis diganti dengan system
demokratis yang nantinya akan melahirkan parlemen di Mesir. Setelah itu
kemudian Arabi phasa diangkat jadi Menteri Peperangan dan angkatan
perang Mesir diperkuat. Tentu saja hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi
Inggris dan Prancis yang membentuk komisi bersama untuk mengatasi
masalah keuangan di Mesir. Khidive didesak oleh Inggris untuk memecat
Arabi Phasa, dan saat itu tejadi kekacauan, akhirnya Arabi Phasa
dipecat. Pada saat itu tentara Inggris masih ditempatkan di Mesir Untuk
menjaga Terusan Suez.
Ketika Perang Dunia I pecah Khidive dipecat dan digantikan oleh
Hussein Kemal sebagai Sultan. Setelah perang dunia I gerakan
Nasionalisme mengalami perkembangan hebat, sehingga Inggris merubah
protektorat dan memproklamirkan kemerdekaan Mesir dengan Fuad sebagai
rajanya pada tahun 1922. akan tetapi tentara Inggris masih berada di
Mesir dengan jabatan Komisaris Tinggi. Dengan melihat fakta itu maka
sebenarnya Inggris hanya bersembunyi dibalik kerajaan Mesir dan masih
tetap menguasai Mesir. Selain di Mesir Nasionalisme di Afrika juga lahir
di Negara Afrika lainya antara lain Maroko, Tunisia dan Libya. Adapun
tujuan dari Nasionalisme tersebut pada dasarnya adalah sama yaitu untuk
mendapat kemerdekaan.
- Politik Apartheid di Afrika Selatan
Pada saat Inggris memberikan status Dominion pada Afrika Selatan
terjadi kesenjangan karena yang diberikan status Dominion hanya penduduk
dengan warna kulit putih, sementara penduduk dengan warna kulit gelap
tetap dijajah. Padahal fakta yang terjadi saat itu adalah penduduk warna
kulit putih merupakan golongan minoritas sedangkan mayoritas penduduk
Agrika selatan adalah berkulit gelap. Orang kulit putih yang ada adalah
orang Boer yaitu orang keturunan Belanda dan sedikit dari orang-orang
Inggris. Pada pelaksananya ternyata perbedaan warna kulit menjadikan
sebuah kesenjangan di Afrika Selatan. Hal ini muncul karena adanya
anggapan bahwa kulit putih lebih superior daripada kulit gelap.
Pemisahan penduduk berdasar warna kulit inilah yang nantinya menjadi
cikal bakal lahirlah Politik Apartheid di Afrika Selatan. Pemisahan
warna kulit ini sebenarnya lahir dari ketakutan orang kulit putih
sebagai minoritas terhadap orang kulit gelap ( pribumi ) sebagai
mayoritas. Karena disatu sisi orang kulit putih ingin tetap menguasai
Afrika Selatan.
Dengan adanya Politik Apartheid di Afrika Selatan tentunya sangat
menyakitkan bagi penduduk pribumi yaitu orang-orang berkulit gelap. Hal
ini karena dimana-mana orang berkulit gelap selalu didiskriminasi oleh
orang kulit putih. Hal itu tentunya akan menimbulkan dendam yang
mendalam pada orang- orang kulit gelap. Akhirnya datang juga kesempatan
untuk unjuk perasaan setelah ratusan korban jatuh dan dunia tersentuh.
Harapan mulai terbuka ketika Nelson Mandela bebas dari hukuman selama 27
tahun pada 11 februari 1990. harapan semakin lebar karena pada saat itu
presiden FW de Klerk membuka dialog untuk menciptakan masa depan Afrika
Selatan yang demokratis tanpa diskriminasi. Tetapi ternyata harapan itu
tidak dapat segera di realisasikan karena orang Afrika sendiri pada
saat itu juga terpecah. Terdapat 2 organisasi yang sama-sama ingin
melepaskan diri dari politik Apartheid tetapi masing- masing punya
perbedaan mengenai kepemimpinan dan rencana menentukan masa depan Afrika
selatan. ANC dibawah Nelson Mandela ingin Keterbukaan sementara IFP
menyatakan partainya menjadi partai non rasial. Dengan adanya perbedaan
prinsip tersebut juga mempersulit Afrika untuk lepas dari Politik
Apartheid karena untuk bisa lepas dari Politik Apartheid penduduk
Afrika Selatan harus Bersatu.
BAB IV
PERJUANGAN KEMERDEKAAN DAN HASIL-HASILNYA
A. Gerakan Kemerdekaan Mesir
Mesir adalah negara tertua di dunia yaitu sejak runtuhnya raja
fir’aun. Sebagai negara tertua tentu Mesir memiliki berbagai peninggalan
benda-benda bersejarah yang melambangkan kebesaran negara Mesir pada
saat itu seperti: Piramid, Spink,Obelisk serta bangunan bangunan lain.
Adapun untuk kekuasaan yang pernah ada di mesir pada jaman dulu ada
beberapa jaman antara lain: Romawi dan Yunani kuno, Babylonia, Romawi
Timur dan lain lain. Yang perlu dicatat juga bahwa dari jaman ke jaman
kota negara Mesir terus berbenah. Dalam bidang agama negara Mesir juga
dikenal sebagai negara Islam yang kuat. Salah satu yang dapat
menunjukkan kebesaran Islam di Mesir adalah adanya Universitas yang
sangat terkenal sampai sekarang yaitu Universitas Al Azhar.
Gagasan mengenai Terusan Suez sebenarnya telah ada pada Cleopatra
sampai Napoleon Bonaparte. Tetapi sampai saat itu belum dapat
terealisasi. Adapun tujuan dari dibukanya terusan Suez adalah untuk
menghubungkan laut tengah dan laut Merah demi lancarnya pelayaran. Baru
pada saat ada pejuang dari Prancis Ferdinand De Lesseps gagasan itu
dikabulkan. Terusan Suez mulai digali padatahun 1859. proses penggalian
tersebut ternnyata memakan waktu 10 tahun dan baru selesai pada 17
November 1869. dengan dibukanya terusan Suez berarti dibukanya sejarah
baru dalam dunia pelayaran di Eropa. Sementara bagi Arab dan bangsa Asia
dengan dibukanya terusan Suez berarti musibah karena Expansi dari
bangsa barat akan mengalir dengan begitu hebatnya
- Mesir pada masa Perang Dunia II
Mesir pada masa Perang Dunia II masih diselimuti awan kelam perebutan
kekuasaan di Mesir antara Prancis Inggris dan mesir sendiri.Perebutan
tersebut juga tidak dapat dilepaskan dari adanya Terusan Suez yang
menjadi bahan rebutan utama karena letaknya yang sangat strategis. Baru
setelah muncul tokoh nasional Jendral Nadjib yang pada tanggal 26 juli
1952 berhasil menurunkan raja Farouk karena dianggap melindungi kaum
koruptor yang menyengsarakan rakyat. Setelah munculnya Jendral Najib
maka pada saat itulah Revolusi Sosial di Mesir dimulai, adapun perubahan
Sosial yang terjadi antara lain adalah:
- Pembatasan hak milik akan tanah dan yang lebih diberikan pada kaum petani yang melarat.
- Perwira –perwira yang bersalah akan ditangkap.
- Pengaruh modal asing akam dibatasi.
Dengan adanya kebijakan itu maka Jendral Nadjib semakin dicintai
rakyat Mesir dan diangkat menjadi Presiden yang juga merangkap sebagai
Perdana Menteri.
B. Gerakan Kemerdekaan Tunisia
Tunisia merupakan sebuah negara di Afrika bagian Utara. Tunisia juga
merupakan sebuah negara protektorat Prancis yang selalu ingin merdeka
penuh. Seperti kita ketahui bahwa negara Protektorat adalah sebuah
negara yang diberikan status Dominion oleh negara induk. Dengan keadaan
yang seperti itu tentunya rakyat Tunisia ingin mendapatkan sebuah
kemerdekaan yang penuh. Berbagai cara dilakukan baik melalui meja
perundingan ataupun melalui jalur kekerasan. Akan tetapi tetap belum
bisa mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan perundingan perundingan
yang ada selalu tidak menghasilkan sebuah kesepakatan bahkan cenderung
merugikan rakyat Tunisia. Dalam hal ini Prancis lebih senang menggunakan
cara kekerasan , tentu saja dengan peralatan yang lebih canggih hal ini
tidak dapat diimbangi oleh Tunisia dan menimbulkan korban jiwa yang
tidak sedikit.
Setelah Usaha-usaha yang dilakukan selalu gagal maka pada tahun 1952
Tunisia membawa masalah sengketa dengan Prancis ke PBB. Dengan harapan
akan menemukan subuah penyelesaian sesuai yang diharapkan. Setelah
melalui perjalanan panjang dan tak kenal lelah dan melalui bemacam
sidang dalam PBB Akhirnya Tunisia dapat mencapai Kemerdekaan pada tahun
1956. Dengan perjuangan yang sangat keras dan juga korban jiwa yang
tidak sedikit.
C. Gerakan Kemerdekaan Maroko.
Maroko merupakan sebuah bangsa di Afrika yang pada abad ke 5 menjadi
propinsi dari bangsa Romawi. Penduduk asli Maroko adalah orang Barbar.
Sedangkan bentuk negara Maroko adalah kekaisaran. Seperti bangsa Afrika
lainya Maroko juga merupakan negara Protektorat dari Prancis. Selain
dijajah Prancis Maroko juga pernah dijajah oleh Spanyol, disini terdapat
tokoh perlawanan melawan Spanyol yang sangat terkenal yaitu Amir Abdul
Karim pahlawan Rif yang sangat terkenal. Akan tetapi Akhirnya Abdul
Karim berhasil dilumpuhkan oleh Spanyol yang bekerja sama dengan
Prancis.
Sebagai negara protektorat tentunya Maroko ingin mendapatkan sebuah
kemerdekaan penuh. Dan perjuangan menuju arah itu terus dilakukan baik
melalui jalur perundingan atau jalur kekerasan. Jalur kekerasan Maroko
selalu mengalami kegagalan karena dalam bidang persenjataan tentara
Prancis jauh lebih maju. Dan cara ini yang disenangi oleh Prancis.
Selain jalur kekerasan maroko juga melakukan perjuangan melalui jalur
perundingan dan diplomasi. Hal ini sampai membawa masalah maroko ke
sidang PBB pada tanggal 15 oktober 1952. setelah melakukan perjuangan
dengan berbagai cara akhirnya pada tahun 1955 Prancis mengijinkan sultan
Maroko Muhammad V kembali dari perasingan Akhirnya Maroko memperoleh
kemerdekaan penuh pada tahun 1956, dan pada tahun 1957 Sultan Muhammad V
memakai gelar raja hingga Wafat pada tahun 1961.
D. Gerakan kemerdekaan Sudan
Pada abad14 terdapat 2 kerajaan di Sudan yairtu Maqurra dan Alwa.
Pengaruh budaya Islam Mesir begitu kuat di Sudan sebelum datangnya
Inggris. Setelah datang Inggris ternyata membuat Sudan daerah rebutan
Inggris dan Mesir karena memang letaknya yang strategis. Setelah
terjadinya keributan itu maka muncul tokoh di Sudan yaitu Jendral Nadjib
yang berhasil menggulingkan Raja Farouk. Pada saat itu diadakan
Plebiciut/jajak pendapat yang hasilnya rakyat Sudan menghendaki
kemerdekaan. Dan pada 1 Januari 1956 Sudan mendapatkan kemerdekaan
Penuh. Akan tetapi walaupun sudah Merdeka penuh tetap tidak bisa
meredakan suasana panas di Sudan karena masih terdapat pertikaian antara
Sudan Utara dan Sudan Selatan.
E. Gerakan Kemerdekaan Aljazair.
Aljazair merupakan sebuah daerah dengan penduduk Orang Barbar, namun
kemudian ditaklukkan oleh orang Barbarrosa dari Turky. Dan mulai saat
itu dikuasai leh orang Turky. Kemudian setelah itu datanglah bangsa
Prancis yang berhasil menguasai Aljazair dan menjadikan Aljazair sebagai
bagian dari Prancis. Tentu saja rakyat Aljazair ingin mendapatkan
kesetaraan dengan Rakyat Prancis dalam hal hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Pada tanggal 1 Nopember 1954 muncul organisasi Front
Pembebasan Nasional yang menuntut kemerdekaan penuh bagi Aljazair. Baru
akhirnya pada tanggal 3 juli 1962 setelah tentara Oas lemah negara
aljazair mendapatkan kemerdekaan penuh yang di proklamirkan oleh De
Gaulle. Dengan Presiden pertama adalah Ahmad Beb Bella yang juga
merupakan tokoh penting di negara tersebut.
F. Gerakan Kemerdekaan Ghana.
Tahun 1471 tentara Portugis datang ke pantai Emas di Ghana. Dinamakan
Pantai Emas karena memang daerahnya kaya akan emas selain itu daerah
itu juga penghasil budak belian orang Negro yang akan dikirim ke Amerika
tengah. Bahkan bangsa Portugis sempat mendirikan benteng Elmina yang
sangat terkenal disana. Belanda dan Inggris sempat bergantian menguasai
daerah tersebut. Akan tetapi Akhirnya yang berkuasa adalah Inggris. Akan
tetapi disana terdapat sebuah Suku yang tidak setuju dengan kekuasaan
Inggris yaitu suku Asjanti yang selalu mengadakan Pemberontakan.
Karena berada dibawah kekuasaan Inggris tentunya rakyat Ghana ingin
mendapatkan kemerdekaan. Perjuangan banyak dilakukan melalui
perundingan-perundingan. Pada tahun !951 diadakan pemilihan Umum yang
pertama dan Dr Kwame Nkrumeh diangkat sebagai Perdana Mentri akan
tetapi saat itu Ghana masih berada dalam Dominion Inggris baru pada
tahun 1957 diadakan pemilu yang ke 2 yang disetujui oleh Inggris dengan
anggota perlemen orang Negro Asli. Dengan kenyataan itu Inggris dapat
menerima dan pada tanggal 6 Maret 1957 Kemerdekaan Ghana di proklamirkan
dengan perdana mentri Dr Kwame Nkrumeh.
G. Gerakan Kemerdekaan Kongo
Congo merupakan sebuah negara Jajahan Belgia dengan nama Belgia-Congo
. Explorasi Congo tidak bisa dilepaskan dari 2 tokoh Penting Yaitu
Henry Morton Staenly sebagai Peneleti. Karena dari hasil Penelitianya
maka keadaan Congo dengan segala kelebihanya dapat terungkap . bahkan
dalam temuanya H.M. Staenly juga menemukan Dinamit yang sebelumnya belum
terklenal. Karena itulah rakyat Congo menjuluki Staenly “Boela Matari”
atau Penghancur Padas.
Adapun untuk tokoh yang ke 2 adalah Raja Belgia saat itu Yaitu
Leopold II. Dalam hal ini Leopold II berperan mendanai Penelitian yang
dilakukan oleh Staenly di Afrika. Raja Leopold II punya sebuah
pemikiran bahwa Belgia sebagai negara industri suatu saat pasti akan
mengalami kelebihan Hasil Industri, untuk itu perlu dicari adanya daerah
pemasaran baru. Setalah bekerja sama dengan Staenly akhirnya
ditemukanlah Congo dan mulai 1908 Congo resmi jadi jajahan Belgia.
Sebagai jajahan Belgia tentunya Pendidikan di Congo jga memprihatinkan
karena baru pada tahun 1954 berdiri sebuah Universitas di Congo. Itupun
dengan syarat tidak boleh mengadakan pendidikan hukum. Tentunya hal ini
sangat memprihatinkan . dengan keadaan yang seperti ini membuat
Nasionalisme rakyat Congo Meningkat. Mereka menuntut agar Congo diberi
kemerdekaan penuh. Perjuangan banyak dilakukan melalui meja perundingan
tetapi juga selalu gagal. Sampai akhirnya diadakan KMB (Konfrensi Meja
Bundar ) pada tahun 1960. Pada moment KMB inilah secara resmi Belgia
menyerahkan kemerdekaan penuh pada Congo. Dan pada tanggal 30 Juni 1960
Congo memperoleh kemerdekaan secara penuh setelah melalui perjuangan
yang tak kenal lelah.
H. Perjuangan Kemerdekaan Lybia
Lybia merupakan daerah yang staregis sehingga jadi incaran
negara-negara lain untuk menguasainya. Ini dapat dilihat dari sejarah
Lybia dari abad ke 2 sampai dengan abad 19 yang sering berganti yang
menguasainya. Akan tetapi yang paling terkenal menguasai Lybia adalah
Italia. Pada perlawanan rakyat Lybia terhadap Italia juga melahirkan
sebuah gerakan Islam yang bernama gerakan Sanussy. Gerakan Sannusy
adalah suatu gerakan agama yang bertujuan mengembangkan ajaran ajaran
Islam dan menanamkan cara-cara beribadah menurut Sanusy. Gerakan ini
didirikan oleh Sayyid Muhamad Ali As-Sanusy. Gerakan ini yang secara
gigih mengadakan perlawanan terhadap penguasa Lybia pada saat itu yaitu
Italia tetapi usaha tersebut juga selalu gagal.
Tujuan Italia menguasai Lybia adalah untuk menguasai Laut Tengah
sebagai usaha awal untuk memdirikan kerajaan Romawi baru di Afrika.
Untuk menjalankan hal tersebut Italia menggunakan cara kekerasan dengan
melebur Lybia sama sekali dan dijadikan suatu daerah Italia atau
kerajaan Romawi baru. Untuk melaksanakan hal itu maka Italia memilih
hari bersejarah yaitu hari kaum fasic “Maka ke Roma”. Pada saat itu
dipindahkanlah1800 keluarga dari Italia ke Lybia yang dipimpin oleh
Marsekal Bolbo, gubernur Jendral Lybia yang baru. Mereka benar-benar
megadakan Explorasi yang besar besaran terhadap penduduk pribumi dengan
harapan agar penduduk pribumi akan menyerah pada Italia. Akan tetapi hal
itu tidak bisa membunuh senangat Nasionalisme rakyat Lybia yang ingin
merdeka.
Setelah perang dunia II selesai maka berakhirlah kekuasaan Italia di
Lybia, tatapi hal tersebut tidak lantas membuat Lybia secara otomatis
merdeka karena seteh itu Lybia jadi rebutan negara negara sekutu untuk
dikuasai. Karena permasalahan tidak kunjung selesai maka permasalahan
Lybia akhirnya sampai juga ke meja PBB. Sampai akhirnya muncula seorang
tokoh asal Belanda yang juga pegawai PBB yaitu Dr Adrian Pelt. Dr Adrian
Pelt diberi tugas oleh PBB untuk mengurusi kemerdekaan Lybia. Walaupun
mendapat halangan dan banyak kesulitan akhirnya lewat perjuangan yang
keras dengan membentuk Markas Besar di Tripolitania, Dr Adriaa Pelt
dapat mengatasi segala permasalahan di Lybia. Dan pada tanggal 24
Desember 1951 Kemerdekaan Lybia diproklamirkan dengan raja pertama
adalah Idris As Sanusy Amir Cyrenika.
I. Pembentukan Republik Afrika Selatan
Afrika Selatan adalah negara di benua Afrika yang terletak di bagian
paling selatan. Negara ini mulai terkenal sejak ditemukanya Tanjung
Harapan oleh Bartolomeuz Diaz. Adapun untuk penduduk selain bangsa kulit
hitam disana juga tinggal orang-orang kulit putih keturunan dari bangsa
belanda yaitu orang Boer. Pada dasarnya orang Boer ini tidak suka
dengan Inggris akhirnya orang Boer ini mengadakan migrasi yang
besar-besaran ke daerah-daerah yang belum dikuasai oleh koloni Inggris.
Saat pindah mereka menggunakan alat transportasi berupa pedati yang
ditarik oleh Lembu. Peristiwa ini sampai sekarang sangat terkenal dan
dikenal sebagai ”
The Great Trek”, terjadi pada tahun
1836-1940. Usaha yang dilakukan bangsa Boer untuk mengadakan perlawanan
pada Inggris selalu gagal dan akhirnya Afrika Selatan menjadi Domonion
Inggris pada tahun 1910.
Pada tahun 1958 mulai diterapkan politik Apartheid di Afrika selatan
oleh Pemimpin partai Nasional Dr Malam. Tahun 1958 Partai Nasional
dipimpin oleh Hendrik F. Verwoerd yang juga memperteguh Apartheid . pada
saat itu muncul suara dari Penduduk kulit putih yang merupakan
minoritas untuk melepaskan Afrika Selatan dari Inggris. Dan pada tanggal
31 mei 1961 negara Afrika Selatan resmi Merdeka dengan nama Republik
Afrika Selatan.
J. Gerakan Kemerdekaan Negara-negara Afrika lainya
- Kenya dan Tanganyika
Sejarah Kenya dimulai sejak abad ke-7 m. Dimulai dari orang orang
Arab yang tinggal di sepanjang pantai. Kemudian datanglah orang Eropa,
bangsa Eropa yang pertama datang adalah Portugis dibawah pimpinan Vasco
da Gama. Perkembangan setelah itu adalah Kenya berada dibawah
Protektorat Inggris tentu saja dalam hal ini rakyat Kenya juga ingin
merdeka secara penuh. Pada masa perjuangan inilah muncul gerakan “
Mau-mau”
yang mngejutkan masyarakat Eropa pada tahun 1952. Gerakan Mau-mau
adalah Sebuah organisasi rahasia yang terutama diikuti oleh masyarakat
Kikuyu dengan tujuan Untuk mengusir Pemjajah dari Kenya. Dengan juru
bicara Jomo Kenyatta. Akhirnya Kenya berhasil merdeka pada tanggal 12
Desember 1963 dan Jomo Kenyatta diangkat sebagai perdana Menteri
pertama.
Gerakan kemerdekaan juga muncul di Tanganyika dengan tokoh Yulis
Nyrere seorang pemimpin Tanganyika African National Union ( TANU ). Mei
1961 Tanganyika Memperoleh hak mengatur pemerintahan dan pada Desember
1961 Tanganyika resmi merdeka.
- Kamerun
Nama Kamerun pertama diungkapkan oleh bangsa Portugis “Rio Dos
Camaoes”.Sebelum PD I Kamerun merupakan derah protektorat Jerman.
Setelah Jerman kalah dalam PD I maka Kamerun dibawah mandat LBB. Dalam
hal ini LBB menyerahkan pada Inngris dan Prancis. Kamerun dibawah
Prancis merdeka tahun 1960, sedangkan kamerun dibawah Inggris merdeka
1961. baru pada 1972 setelah keluar undang-undang Kamerun dapat bersatu
dengan nama Republik Persatuan Kamerun dengan Presiden merangkap sebagai
kepala pemerintahan
- Republik Somalia.
Sejarah Somalia dimulai sejak abad ke 7 m dari orang orang Arab
sebagai cikal bakalnya. Sejarah moderen Somalia dimulai sejak dikuasai
oleh Inggris yang secara bergantian menguasai Somalia dengan Italia.
Orang Somalia Inggris mulai memperjuangkan kemerdekaanya dan berhasil
pada juni 1960 disusul 1 bulan kemudian Somalia Italia. Dan keduanya
bergabung membentuk Republik Somalia. Republik ini merupakan negara
Demokrasi Parlementer sampai tahun 1969 saat presiden terbunuh dan
kekuasaan diambil alih oleh militer.
- Angola
Orang Eropa pertama yang datang di Angola adalah Diogo Cao dari
Portugis, sehingga mulai saat itu Portugis yang menguasai Angola. Pada
saat bersamaan Inggris yang sedang memperluas wilayah juga ingin
menguasai Angola sehingga diadakan perjanjian dengan Inggris yang
mengatur wilayah perbatasan. Setelah PD II Portugis mengubah status
hukum tanah jajahan jadi Propinsi Sebrang Laut. Setelah terjadi
kekacauan di Portugis maka portugis memberikan kemerdekaan pada Angola
pada tahun 1975. Walaupun begitu bukan berarti masalah Angola selesai
Karena setelah merdekapun masih terjadi banyak kekacauan di Angola.
- Mozambik
Sama halnya dengan Angola Mozambik juga daerah bekas kekuasaan
Portugis. Portugis juga menjadikan Mozambik sebagai propinsi sebrang
laut. Budaya portugis juga sangat kental berlaku disana. Sama halnya
dengan negara lain rakyat Mozambik juga menuntut kemerdekaan penuh pada
Portugis. Sehingga munculah gerakan pemberontakan pada tahun 1964 yang
disebut Fremilo ( front pembebasan Mozambik ).dengan wadah Fremilo
rakyat Mozambik terus memperjuangkan kemerdekaan. Akhirnya setelah
terjadi kekacauan di pemerintah Portugis maka Mozambik resmi merdeka
pada tanggal 25 juni 1955 dengan Presiden pertama Samora Mackel yang
juga tokoh Fremilo. Selain itu tokoh-tokoh Fremilo juga banyak diangkat
sebagai pejabat pemertintah.
Masalah Yang Dihadapi Negara-Negara Afrika Pasca Kemerdekaan
Setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya negara-negara Afrika
berhasil mencapai Kemerdekaan. Tetapi perjuangan tidak selesai sampai
disitu karena setelah itu masih muncul berbagai persoalan baru antara
lain sebagai berikut:
Di Afrika sulit tercapai persatuan nasional karena sejak awal bangsa
Afrika terdiri dari bermacam-macam ras, suku serta kelompok etnis.
Selain itu perpaduan pengaruh politik kolonial membentuk kepribadian
bangsa yang berbeda pula. Hal itulah yang menyebabkan di Afrika sering
terjadi perang perebutan kekuasaan dan perang saudara. Sehingga
menyebabkan proses demokrasi di Afrika sangat tipis. Selain itu Afrika
juga tercatat sebagai Benua yang paling bergejolak.
Masalah ekonomi juga menjadi masalah yang serius di Afrika .pada
awalnya ekonomi negara-negara Afrika bagus dan mapan karena lepas dari
tangan penjajah. Tetapi disatu pihak juga terdapat hal yang
memprihatinkan karena banyak terdapat pihak yang tidak bertanggungjawab
yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk kepentingan pribadi.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bantuan luar negeri yang di
korupsi sehingga menyebabkan kemiskinan dimana-mana.
Dalam bidang sosial juga terjadi kendala serius karena peningkatan
status sosial sukar dilaksanakan hal ini karena adanya warisan dari
kolonial berupa ajaran feodal yang tidak mudah lenyap. Hal ini dapat
dilihat dibanyak negara dimana hasil kemakmuran hanya dinikmati oleh
segelintir orang saja yang saat itu kebetulan sedang berkuasa. Sementara
raktyat banyak masih menderita.
sumber : http://rohmanf2.wordpress.com/2011/01/22/sejarah-afrika/